Sempat Dilecehkan Saat Jadi Cagub DKI, Jokowi Punya Jurus Maut
Joko Widodo berusaha memecut semangat rekan separtainya dari PDIP, Bambang Dwi Hartono, yang
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Widiyabuana Slay
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Joko Widodo berusaha memecut semangat rekan separtainya dari PDIP, Bambang Dwi Hartono, yang kini tengah bertarung dengan tiga calon, termasuk incumbent Pak De Karwo, dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2013.
Pecutan semangat tersebut disampaikan Jokowi,-sapaan Joko Widodo, saat menyampaikan pidato juru kampanye di Lapangan Babadan, Ponorogo, Jatim, Minggu (18/8/2013) petang.
Dalam pidato kampanye untuk pasangan Bambang DH-Said Abdullah ini, Jokowi menceritakan sejumlah halangan, rintangan, hingga cemoohan dari sejumlah orang saat awal dirinya menjadi cagub DKI Jakarta .
Jokowi menceritakan, mulanya dirinya ditarik oleh partai ke Jakarta untuk menjadi cagub pada saat masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. Ia menyebut penarikan kala itu terjadi dengan mendadak.
Resmi menjadi cagub, Jokowi mengaku kehadirannya sebagai kontestan Pilgub DKI Jakarta diragukan banyak orang hingga pelecehan terhadap fisik tubuhnya. "Banyak orang lecehkan saya saat itu. Bilang, orangnya kurus kerempeng mau jadi gubernur. Ada yang ngomong seperti itu," kenangnya.
Selain fisik, Jokowi yang berasal dari Solo itu juga diragukan kesiapan modal dana dan jaringan yang dimilikinya di ibukota.
"Jadi, sudah body kurus kerempeng, duit enggak, jaringan juga enggak punya," akunya. Keraguan banyak orang itu tak membuat Jokowi patah arang. Ia mengaku justru terpecut untuk membuktikan dirinya siap bertarung dengan cagub/cawagub DKI lainnya. "Saya memang tidak punya ketiganya. Tapi, kalau mau perubahan, semua bisa dilakukan," tandasya.
Selain itu, ada pula orang dari lembaga survei yang meragukan kemampuannya. "Dua hari sebelum hari pencoblosan, saya ditanya orang lembaga survei, berapa (target) persentase suaranya. Saya jawab saya akan dapat hasil suara nomor ke satu dengan persentase 38 sampai 43 persen. Eh, saya malah ditertawai. Mereka meremehkan saya sekali," kisahnya.
Menurut Jokowi, orang-orang yang mencemooh dan meragukan dirinya itu terheran-heran saat hasil pemungutan dan penghitungan suara justru menempatkannya sebagai cagub di posisi pertama dengan 43 persen. "Pada heran semuanya. Hitungan kami tidak melesset satu persenpun. Saya ditanya ilmunya apa? Saya jawab, enggak pake ilmu, cuma datang ke masyarakat, sering datang ke RT/RW, catat kalkulasi semuanya," ungkapnya.
Perjuangan Jokowi untuk membuktikan kemampuannya belum berhenti karena dirinya harus bertarung dengan cagub incumbent Fauzi Bowo pada putaran kedua.
Pada putaran kedua, Jokowi mengaku tak pesimis kendati sebagian parpol besar lebih memberikan dukungan kepada cagub incumbent dengan modal dukungan 83 persen. Sementara, dirinya hanya bermodal dukungan partai sebanyak 17 persen.
Namun, dengan usahanya, Jokowi yang berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akhirnya mampu mengalahkan cagub incumbent tersebut.
"Hasilnya kami menang dengan 54 persen. Dari 17 ke 54 persen, dari mana itu bisa? Itu karena masyarakat ingin perubahan," ucap Jokowi yang mengenakan baju dan blangkon Reog Ponorogo.
"Saya lihat Pak Bambang oranngya berani. Pak Bambang mau beri program Rp 500 juta setiap desa per tahun, itu suatu keberanian. Kalau pemimpin sudah bisa kasih program Rp 500 juta per desa, itu keputusan yang luar biasa. Pasti (program) itu akan bisa dilaksanakan jika betul-betul," imbuhnya.
Menanggapi pidato kampanye Jokowi itu, Bambang mengaku dirinya semakin optimis untuk bertarung dalam Pilgub perebutan kursi Jatim 1 ini.
"Dia (Jokowi) ini adalah contoh. Dia kendati dileecehkan, dibilang kurus kerempeng, tidak punya jaringan, ternyata bisa menang di Jakarta," kata Bambang usai kampanye.
"Dan dia juga sudah terbukti, meski kepemimpinan tidak berapa lama, dia bersama masyarakat bisa melakukan perubahan-perubahan di Jakarta," imbuhnya.