Dapat 2,5 Persen Suara, Eggi Sudjana: Ini Suara Emas
asangan calon gubernur jalur independen, Eggi Sudjana dan Muhammad Sihat tetap bangga
Laporan Wartawan Surya, M Taufik
TRIBUNNEWS.COM - Pasangan calon gubernur jalur independen, Eggi Sudjana dan Muhammad Sihat tetap bangga meski hanya mendapat suara sekitar 2,5 persen (hasil quick count) atau mendapat suara paling sedikit ketimbang calon-calon lainnya.
Alasannya, suara yang didapat itu murni pilihan masyarakat. Tidak hasil menyogok, money politics atau dari suara partai. ”Ini merupakan suara ‘emas’ jadi kami patut bangga dengan perolehan suara ini, ”jawab Eggi saat ditemui di posko kemenangannya di hotel Somerset, Kamis (29/8/2013).
Menurut Eggi, 2,5 persen dari jumlah DPT (Daftar Pemilih Tetap) sebanyak 30 juta itu sudah nilai yang banyak. Sebab dirinya berangkat dari jalur independen. Tanpa didukung partai, dan tidak mengeluarkan uang sama sekali untuk mendapatkan suara.
Pada hari coblosan kemarin, Eggi yang tidak punya hak pilihnya di Jawa Timur, sejak pagi sudah berada di kediaman Muhammad Sihat di Jl Lembah Harapan Blok U no 5 Surabaya.
Pagi itu keluarga Sihat menggelar sungkeman terlebih dulu sebelum berangkat ke TPS untuk menggunakan hak suaranya. Dalam prosesi sungkeman itu, anak-anak Sihat juga sungkem ke Eggi.
Kemudian Eggi mendamping Sihat bersama Istrinya, Ratna Kinasih beserta dua anaknya, Ikra Ning Pratiwi Wilansari dan Asri Ranuning Farida berjalan kaki menuju TPS 15 Keluarahan Lidah Wetan yang lokasinya berjarak sekitar 20 meter dari rumah Sihat.
Keberangkatan keluarga Sihat dan Eggi ke TPS ini diiringi sholawat bersama-sama. Eggi Sudjana memipin sholawatan tersebut. Kemudian, mereka bersama-sama berjalan kaki menuju TPS untuk menggunakan hak suaranya.
Di TPS tersebut, ternyata separo lebih warga tidak menggunakan hak pilihnya. Dari jumlah DPT sebanyak 409, hanya 197 warga yang datang ke TPS untuk mencoblos. Dari jumlah tersebut, setelah dilakukan perhitungan ternyata hanya 189 yang sah. 8 di antaranya dinyatakan tidak sah.
Dan dari perhitungan yang dilakukan, Eggi-Sihat hanya mendapatkan 15 suara. Rinciannya, Pasangan nomor urut 1 mendapat 83 suara, pasangan nomor urut 2 dapat 15 suara, pasangan nomor 3 mendapat 46 suara, dan pasangan nomor 4 memperoleh 45 suara.
Kamis siang, Eggi bersama Sihat memantau perhitungan cepat di posko mereka di hotel Somerset. Di hotel ini, posko mereka berada di sebuah kamar yang terletak di lantai 10. hingga sore, Eggi dan Sihat masih bertahan di sana dengan didampingi sejumlah tim suksesnya.
Suasana di kamar berukuran besar itu terlihat lengang. Hanya sejumlah wartawan elektronik yang terlihat hilir mudik melakukan peliputan. Sementara Eggi, Sihat dan beberapa tim suksesnya terlihat duduk-duduk sambil ngobrol santai di meja dalam ruangan tersebut.
“Kalah ya kalah, kita akan terima dengan lapang dada. Hanya saja, kami berpesan kepada pemenangnya, supaya mengakomodasi program-program dari calon lain,” ujar Eggi.
Dari pihaknya, program prioritas yang diharap bisa direalisasikan Gubernur nanti adalah program pengentasan kemiskinan. Yakni membuatkan rekening kepada semua warga miskin di Jawa Timur. “Totalnya ada sekitar 7 juta warga miskin. Jika satu persatu mendapat rekening senilai Rp 1 juta, makan cukup dengan uang Rp 7 Triliun. Ini sangat mungkin dilakukan karena Bank Jatim perputaran uangnya mencapai 21 triliun dan 60 persenya merupakan hak gubernur untuk mengalokasikan,” ungkapnya.
Pada kesempatan ini, Eggi juga sempat menyorot kinerja KPU Jawa Timur. Menurutnya, tingginya angka golput pada perhelatan Pilgub Jatim kali ini juga menjadi bukti bahwa kinerja KPU telah gagal.
“KPU punya anggaran sekitar Rp 600 miliar. Tetapi, sosialisasinya sangat kurang sehingga masyarakat banyak yang memilih golput. Seperti yang kita tahu, KPU tidak pernah menggandeng LSM, mahasiswa atau menggelar acara-acara di pasar, kampus dan sebagainya untuk menggelar sosialisasi,” ungkap Eggi.
Selain itu, Egii juga menganggap bahwa tingginya angka golput ini merupakan bukti bahwa masyarakat sudah tidak percara dengan pemerintah atau pemimpinnya.
“Dari situasi yang ada sekarang ini, nampak jelas bahwa kualitas demokrasi tidak bagus. Dan pemerintah juga gagal sehingga masyarakat sudah tidak percaya lagi,” imbuhnya.