Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Anggota GP Jamu Lakukan Studi Banding ke Pabrik Sidomuncul

(GP) Jamu melakukan studi banding ke ke Pabrik Industri Jamu dan Farmasi PT Sido Muncul di Klepu Kabupaten Semarang

Editor: Budi Prasetyo
zoom-in Anggota  GP Jamu  Lakukan  Studi  Banding ke   Pabrik Sidomuncul
TRIBUNNEWS.COM/BUDI PTRASETYO
Pabrik Sido Muncul di Klepuh, Ungaran, Jawa Tengah saat memproduksi Tolak Angin 

 

TRIBUNNEWS.COM  SEMARANG -  Guna  menambah  wawasan  serta  pengetahuan mulai dari standarisasi bahan baku, pengolahan, hingga pengemasan produk yang baik dan berkualitas  sekitar  65 anggota  Gabungan  Pengusaha Jamu (GP) Jamu  melakukan  studi  banding  ke ke Pabrik Industri Jamu dan Farmasi  PT Sido Muncul di Klepu Kabupaten Semarang

 "Dengan kunjungan ini kami berharap anggota GP Jamu bisa memetik manfaat dari industri besar, mulai dari standarisasi bahan baku, pengolahan, hingga pengemasan produk yang baik dan berkualitas" harap Ketua GP Jamu Jatim, Mimin

 Meski industri jamu di Tanah Air kurang bergairah, produsen jamu nasional PT Sido Muncul masih tetap yakin bisa menjaga kinerja penjualan tahun ini.

Presiden Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat bilang, tahun ini perusahaan optimistis meraup omzet sekitar Rp 2,5 triliun-Rp 3 triliun. "Secara umum, tahun ini industri memang kurang baik tapi kami masih tetap optimistis," katanya

Menurut Irwan, kinerja perusahaan ini masih bagus ditopang oleh citra perusahaan sebagai salah satu perusahaan jamu raksasa di dalam negeri. Apalagi, beberapa produk Sido Muncul masih memimpin pasar di beberapa segmen.

Di sisi lain, beberapa produk jamu juga tetap digemari masyarakat sebagai alternatif produk kesehatan. Proses pengolahan dan pengemasan yang makin modern membuat kepercayaan konsumen juga terus meningkat.

Irwan mengatakan  selain mengandalkan volume penjualan, target penjualan tahun ini juga dikontribusi oleh kenaikan harga jual produk Sido Muncul. Menurutnya, tahun ini, Sido Muncul telah menyesuaikan harga produk sekitar 10 persen hingga 12 persen.

Kenaikan harga jual ini didorong oleh kenaikan beberapa komponen produksi. Antara lain, kenaikan upah buruh dan biaya produksi lainnya. Meski begitu, "Kami berhati-hati dalam menaikkan harga jual agar tidak terlalu berdampak di pasar," ujar Irwan.

 

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas