Romo Purbo Pernah Dicap Gila dan Ditakuti Penjajah Belanda
Nama Kyai Ageng Prawiropurbo mendadak menjadi sorotan publik, setelah makamnya dirusak oleh sekelompok orang bercadar awal pekan ini
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Nama Kyai Ageng Prawiropurbo mendadak menjadi sorotan publik, setelah makamnya dirusak oleh sekelompok orang bercadar awal pekan ini. Namun tak banyak yang tahu siapa sebenarnya sosok cucu Sri Sultan HB VI yang meninggal pada tahun 1933.
RM Daroesalam, juru kunci makam Karang Kabolotan tempat dimana Romo Purbo dimakamkan, menuturkan kisahnya. Semasa hidup, Romo Purbo dikenal sebagai pribadi yang nyentrik. Ia sering bepergian mengenakan empat lapis baju. Karenanya, penjajah Belanda menganggapnya sebagai orang gila.
Bukan tanpa sebab. Perilaku nyentrik Romo Purbo muncul setelah istrinya meninggal dunia saat melahirkan putri pertama. Selang tujuh tahun kemudian, putri semaya wayangnya itu meninggal dunia karena menderita sakit desentri. Sedangkan keluarga besarnya kala itu diasingkan oleh penjajah Belanda di Flores Nusa Tenggara Timur.
"Beliau (Romo Purbo) pernah bilang buat apa hidup kalau cuma seorang diri. Setelah itu beliau berkelana tiga tahun lamanya," ujar Daroesalam, Jumat (20/9/2013).
Pernah suatu ketika, Romo Purbo duduk di tepi lapangan menyaksikan pasukan Belanda sedang berlatih. Melihat itu, seorang prajurit memerintahkan Romo Purbo untuk menyingkir karena khawatir mengganggu jalannya latihan. Namun perintah itu ditolaknya dengan alasan tanah tersebut adalah milik keraton.
Singkat cerita, Romo Purbo akhirnya menyingkir karena terus dipaksa prajurit Belanda. Setelah pindah tempat yang tak jauh dari lapangan itu, Purbo duduk bersila dan berlagak menjadi dalang sedang memainkan wayang.
Kejadian tak masuk akal tapi lucu akhirnya terjadi. Pasukan Belanda yang sedang berlatih, mendadak saling beradu pukul seolah dikendalikan orang lain. "Setelah itu ditinggal pergi saja oleh Romo Purbo," tutur Daroesalam.
Keunikan sifat Romo Purbo inilah yang menjadikannya dikenal masyarakat. Tak hanya itu, Belanda yang menjajah Indonesia menjadikannya seorang yang diwaspadai. Karena sering memberitahukan informasi tersembunyi kepada warga.
"Romo itu dibenci sama Belanda. Pernah mau diasingkan tapi batal. Akhirnya Romo dimasukkan ke penjara," ujar Daroesalam.
Pria 73 tahun ini mengatakan, makam Romo Purbo ramai dikunjungi peziarah sejak zaman pendudukan Jepang sekitar awal dekade 1940-an. Sebelum masa itu, hanya keluarga saja yang melakukan ziarah.
Pada komplek makam yang persis berada di tepi Jalan Kusumanegara itu, terdapat total 21 orang yang dimakamkan. Sebagian besar adalah kerabat Romo Purbo seperti cucu dan keponakan. Sedangkan istri dan putrinya dimakamkan di sekitaran Jalan Bantul.
Daroesalam menuturkan, makam tersebut sering dikunjungi tokoh-tokoh nasional untuk berziarah. Seperti putri mantan penguasa, istri mantan pejabat orde baru dan lainnya. Peziarah ramai berdatangan biasanya setiap malam Senin Legi, atau bertepan dengan hari meninggalnya Romo Purbo.
"Orang-orang yang ziarah terus tahlilan saja. Kalau pas ramai bisa sampai 300 an orang yang datang. Selesai ziarah terus pada pulang," ujar pria yang menjadi juru kunci makam sejak 1991 ini.
Empat hari pascaperusakan, makam Karang Kabolotan masih terlihat berantakan. Payung dan kelambu yang menyelimuti pusara Romo Purbo masih dibiarkan roboh. Begitu pula dengan nisan yang jatuh belum dikembalikan pada posisi semula. (hendy kurniawan)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.