Hujan Buatan Bisa Pulihkan Lahan Pertanian Warga Sekitar Sinabung
Semakin banyak proses kondensasi, maka semakin banyak pula partikel yang mencair dan menjadi hujan.
TRIBUNNEWS.COM, KABANJAHE - Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karo Agustoni Tarigan mengatakan, pihaknya sedang menghitung luas lahan yang rusak akibat dampak hujan debu vulkanik, pasca-erupsi Gunung Sinabung.
Dengan adanya hujan buatan, ia berharap kondisi lahan pertanian milik warga bisa pulih, dan harga buah serta sayuran mereka kembali normal di pasaran.
"Kalau hujan buatan sudah direalisasikan, pasti berdampak baik terhadap perekonomian warga, khususnya yang hidup dari hasil pertanian," katanya, Minggu (22/9/2013).
Hujan buatan akan dilakukan dengan cara menyemai awan menggunakan bahan yang bersifat higroskopik (menyerap air), sehingga proses pertumbuhan butir-butir hujan di dalam awan akan meningkat, dan selanjutnya akan memercepat terjadinya hujan.
Awan yang digunakan untuk membuat hujan buatan adalah jenis awan Cumulus (Cu), yang bentuknya seperti bunga kol.
Setelah lokasi awan diketahui, pesawat terbang yang membawa bubuk khusus untuk menurunkan hujan, diterbangkan menuju awan.
Penyemaian dilakukan dengan bantuan pesawat terbang. Ketika pesawat sampai di lokasi yang berdekatan dengan awan hangat yang cocok untuk pembentukan hujan, maka pesawat akan melepaskan flare yang berisikan serbuk garam.
Semakin banyak proses kondensasi, maka semakin banyak pula partikel yang mencair dan menjadi hujan.
Ada beberapa bahan kimia yang biasa disemai untuk membuat hujan buatan, yaitu garam yang berfungsi untuk memadatkan awan dan sebagai inti kondensasi.
Lalu, Kalsium diklorida berfungsi sebagai pengumpul awan.
Ada pula urea dalam bentuk larutan yang memiliki fungsi mendinginkan awan, menjatuhkannya, serta mengisap panas dari lingkungannya.
Selain itu, karbondioksida juga akan ditaburkan dalam bentuk padat, atau sering disebut es kering. Fungsinya sebagai penahan suhu garam agar konstan dan mendinginkan awan.
Bahan terakhir adalah aerosol, yang berfungsi sebagai pencegah penggumpalan awan. Proses membuat hujan buatan ini belum tentu berhasil, bisa saja gagal, atau malah hujan buatannya jatuh di tempat yang salah. Padahal, sudah memakan biaya yang besar dalam pembuatannya.
Karena itu, penyebaran bibit hujan harus memerhatikan arah angin, kelembaban, dan tekanan udara.
"Tapi, dari kondisi awan di sekitaran Gunung Sinabung, saya lihat diselimuti banyak awan saat ini. Sangat memadai untuk dilakukan penyemaian hujan buatan," papar Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Ia mengatakan, pembuatan hujan buatan di lima desa kawasan Sinabung, hanya membutuhkan satu pesawat, karena jaraknya tidak terpencar jauh. (*)