Di Kapuas, Nenek Tertua Berumur 123 Tahun
Pasutri, Ginung Tuai, suami yang kini berumur 120 tahun dan istrinya Tiah Kajapar berumur 123 tahun, kini hidup di sebuah rumah tua,
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM , KUALAKAPUAS-Pasangan suami istri (pasutri), Ginung Tuai, suami yang kini berumur 120 tahun dan istrinya Tiah Kajapar berumur 123 tahun, kini hidup di sebuah rumah tua, di tepi DAS Kapuas, tepatnya di Kelurahan Dahirang RT2, Kecamatan Kapuas Hilir, Kabupaten Kapuas Kalteng.
Keduanya hidup terpisah dari anak-anaknya. Itu lantaran kedua pasutri tersebut tak mau merepotkan anak-anak mereka."Mereka hidup berdua sampai mati,"ucap satu tetangganya, yang ditemui Selasa (23/9/2013).
Nurjanah (50) anak bungsu dari pasutri yang ditemui di rumahnya, Selasa (23/9/2013) menuturkan, ayahnya memiliki 12 orang anak. Tiga di antaranya meninggal dunia. Ayah dan ibunya baru sekitar setahun ini tak bisa berjalan, lantaran terkena stroke.
Sedangkan penyakit lain dan rutin yang dihinggapi keduanya adalah tekanan darah.
Diceritakannya, selama setahun ini, ayah dan ibunya sengaja tinggal di rumah itu. Anak-anak yang lain masing-masing sudah memiliki rumah sendiri dan berpisah dengan kedua orangtuanya.
Namun satu saudaranya yang lain, yakni Mimiyati (55)yang tinggal bersebelahan, setiap hari datang dan memberi makan ayah dan ibunya. Begitu juga dengan dirinya sendiri."Walau saya tinggal di Pulau Telo Kapuas, namun setiap hari saya selalu datang ke rumah untuk memberi makan, sekaligus memandikan dan menganti pakaian keduanya,"jelasNurjanah.
Diterangkan Nurjanah, rumah yang ditempati kedua orangtuanya adalah rumah asal. Di sinilah
saudara maupun dirinya dilahirkan."Ayah dan ibu saya adalah orang Dayak. Kedua orangtua saya memeluk agama Islam,"tambahnya.
Ditanya apa amalan keduanya, sehingga mereka bisa panjang umur, menurut Nurjanah tidak ada amalan apa-apa. Makan dan minum layaknya seperti warga yang lain. Walau anak-anak mereka berpisah, namun setiap hari kehidupan mereka diperhatikan.
Ditambkannya, ayah dan ibunya memang bisa dikatakan miskin, namun sejak dulu ayahnya tak mendapatkan jatah Raskin, BLT maupun Jamkesmas."Sebenarnya kami tak mempertanyakan itu, tapi itulah kenyataannya,"tambah dia. Namun sebaliknya, orang yang setengah mampu dan kalung melingkar di leher, justru mendapatkan BLT.