Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

6 Perusahaan Multinasional Hijrah ke Jateng Lantaran Upah Lebih Murah

Sedikitnya enam perusahaan multinasional memastikan untuk merelokasi atau pun ekspansi pabriknya ke wilayah Jawa Tengah.

Editor: Budi Prasetyo
zoom-in 6 Perusahaan Multinasional Hijrah ke Jateng Lantaran Upah Lebih Murah
Aktivitas industri PT Pan Beothers 

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Sedikitnya enam perusahaan multinasional memastikan untuk merelokasi atau pun ekspansi pabriknya ke wilayah Jawa Tengah. Para pengusaha itu menilai biaya investasi dan operasional di Jateng lebih murah dibandingkan wilayah-wilayah lain di Indonesia.

“Beberapa perusahaan, khususnya yang bergerak pada sektor padat karya seperti garmen, akan memindahkan usahanya ke Jateng,” kata Frans Kongi, ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah, Sabtu (5/10/2013).

Informasi yang dikumpulkan Tribun Jateng, tiga dari enam perusahaan yang pindah dari Jawa Barat dan Jabodetabek itu adalah PT Pan Brothers Tbk dari Tangerang ke Boyolali, PT Tiga Pilar Sejahtera dari Cilegon ke Sragen serta PT Apparel One Indonesia. Sedangkan PT Sri Rejeki Isman (Sritex) melakukan perluasan pabrik terpadunya di Sukoharjo.

Sekretaris Perusahaan PT Pan Brothers Tbk, Iswar Deni, menjelaskan pihaknya sedang membangun empat pabrik baru di Boyolali dengan investasi sekitar 35 juta dolar AS (sekitar Rp 350 miliar). Harapannya, pabrik baru ini bisa mulai berproduksi pada semester satu 2014.

"Lahan yang digunakan untuk membangun empat pabrik ini berada di satu kawasan. Masing-masing pabrik akan berdiri di atas lahan seluas 2,5 hektare (total sekitar 10 ha)," kata Iswar Deni seperti dilansir Kontan (grup Tribun Jateng).

Menurut rencana, pakaian jadi yang dihasilkan dari keempat pabrik baru di Boyolali akan dipasok untuk kebutuhan beberapa merek pakaian ternama di dunia, di antaranya Uniqlo dan Guess.

Berita Rekomendasi

Pan Brothers juga berencana membangun dua pabrik lagi di Jawa Tengah mulai 2014. Lokasi dua pabrik baru itu masih dirahasiakan. Pemilihan lokasi pabrik di luar Jabodetabek ini, menurut Iswar Deni, dilakukan untuk menekan biaya operasional perusahaan.

Menurut Frans Kongi, ada beberapa faktor yang menyebabkan Jateng dipilih oleh investor untuk menanamkan modalnya. "Iklim investasi kita cukup kondusif. Selain itu, ketersediaan tenaga kerja yang memadai dan terakhir adalah upah minimum kita yang menarik investor untuk datang," kata Frans.

Hal lain yang menurutnya cukup menarik bagi investor adalah perhatian dari Pemerintah Provinsi Jateng yang cukup besar. Misalnya menjadikan pembangunan infrastruktur sebagai prioritas. Dengan terbangunnya infrastruktur yang baik, akan sangat menunjang iklim investasi.

Ya, pertimbangan utama pemilik modal industri garmen mengalihkan usahanya ke Jateng adalah upah buruh yang jauh lebih murah.

Bila dibandingkan dengan Jakarta dan Jawa Barat dengan upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) rata-rata Rp 2,2 juta, provinsi ini rata-rata Rp 1,2 juta, atau ada selisih Rp 1 juta. Coba saja dihitung, seandainya ada 1.000 pekerja dikalikan Rp 1 juta setiap bulan, tentu jumlah yang tidak sedikit. Apalagi industri garmen rata-rata pekerjanya bisa lebih dari 2 ribu orang.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengungkapkan sekitar 60 perusahaan tekstil merelokasi pabrik ke luar Jakarta, banyak di antaranya ke Jawa Tengah.

Ade menjelaskan, perusahaan-perusahaan itu merelokasi pabrik dari Jakarta ke sejumlah wilayah di Jawa Tengah karena investasinya lebih murah. “Investasi yang dikeluarkan untuk membangun pabrik baru sekitar Rp 10 miliar,” kata Ade.

Ade mengungkapkan, nilai tersebut termasuk relatif kecil dibandingkan kompensasi yang harus didapatkan jika tetap mempertahankan operasional pabrik di Jakarta dan sekitarnya. Pasalnya, perbedaan nilai upah minimum provinsi antara Jakarta dan Jawa Tengah bisa mencapai Rp 1 juta per karyawan.

Frans Kongi menyebut, Solo Raya, adalah kawasan yang bisa dibilang paling seksi untuk berinvestasi. Misalnya di Sragen, Wonogiri, Boyolali, dan Klaten. Hanya sayangnya, di kawasan tersebut, infrastruktur bisa dikatakan kurang.

"Namun gubernur saat ini (Ganjar Pranowo) mati-matian berusaha membangun infrastruktur. Itu sangat baik untuk kemajuan di Jateng," imbuhnya.

Selain itu, Frans menilai, Grobogan juga daerah yang cukup potensial untuk menanamkan modal pada proyek padat karya. "Pemda Kendal juga sudah menyiapkan lahan. Saya kita seluruh wilayah Jateng menarik kalangan investor untuk berinvestasi," sambung dia. (tim)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas