Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Buku Karya Putri Keraton Kasunanan Surakarta Dikritik

Belum juga konflik keraton Surakarta usai, seseorang kemudian meluncurkan sebuah buku 'Mau ke Mana Keraton Kasunanan

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Buku Karya Putri Keraton Kasunanan Surakarta Dikritik
Tribun Jogja/Ikrob Didik Irawan
Suasana Keraton Kasunanan Surakarta 

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Susilo Wahid Nugraha

TRIBUNNEWS.COM, SURAKARTA - Belum juga konflik keraton Surakarta usai, seseorang kemudian meluncurkan sebuah buku 'Mau ke Mana Keraton Kasunanan Surakarta'. Unik sekaligus menarik, karena sang penulis merupakan seorang keluarga
besar di lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta sendiri.

Adalah GRAy Koes Ismaniyah, sang penulis buku tersebut yang ternyata adalah putri ke 32 dari 35 putra putri Sinuhun Paku Buwono XII. Tanpa ragu, Koes meluapkan semua yang ada di hatinya dalam buku setebal 172 halaman itu.

Judul yang menggelegar dan 'timing' yang tepat memang satu menjadi daya tarik tersendiri. Buku itu, diluncurkan Kamis (10/10/2013) malam atau belum genap satu minggu pascadilakukannya mediasi antara dua pihak yang berkonflik yaitu Sinuhun Paku Buwono XIII dan pihak Dewan Adat oleh Walikota Surakarta, FX Hadi Rudyatmo.

Pascamediasi itu pun, perdamaian antara keluarga lingkungan keraton nampaknya belum juga dipertegas. Satu hal sepele namun penting, Sinuhun Paku Buwono XIII dan Gusti Mung selaku penggerak Dewan Adat belum mau saling bersalaman.

Lalu publik pun seakan bertanya-tanya, ada apa dengan lingkungan keraton Kasunanan Surakarta hingga membuat kondisi internal keluarga seperti tengah tak harmonis. Lalu saat tanda tanya itu masih hangat, ternyata lahirlah buku ini.

KGPHPA Tedjowulan, yang juga merupakan salah satu putra Sinuhun Paku Buwono XII secara tersirat mengungkapkan sedikit kekecewaannya atas isi buku itu. Bukan lantaran adanya kesalahan, namun sang penulis GRAy Koes Ismaniyah dianggap kurang jujur dalam menyampaikan perasaan hatinya.

Berita Rekomendasi

"Buku ini lebih ke biografi si penulis, saya tidak melihat jawaban dari judul buku ini, lalu mau kemana keraton?," kata Tedjowulan saat peluncuran buku.

Tedjowulan menginginkan adanya kejujuran dalam buku ini terutama untuk menjawab pertanyaan dari judul di muka sampul. Harapannya, masyarakat bisa tahu apa yang sebenarnya dirasakan sang penulis terhadap masa depan keraton itu sendiri.

"Kalau benar sampaikan benar, kalau salah sampaikan salah, kalau ada yang perlu dibenahi tulis saja dalam buku ini," imbuhnya.

Namun di satu sisi, Tedjowulan tetap memberikan apresiasi atas diluncurkannya buku ini. Paling tidak, buku ini menjadi satu pijakan dari kalangan internal keraton untuk menyampaikan apa yang dirasakannya kepada masyarakat umum.

"Harapan saya, ada buku jilid dua dan seterusnya untuk lebih menyempurnakan buku ini," terang Tedjowulan.

Sang penulis, GRAy Koes Ismaniyah enggan mengiyakan pendapat dari Tedjowulan yang menyatakan bahwa buku ini tak menjawab pertanyaan di bagian judul. Meski memang banyak berisi biografi dirinya, namun ada pesan dan pernyataan penulis yang sebenarnya telah menjawab pertanyaan itu.

"Kalau membaca dengan mata pasti akan mengatakan jika buku ini tak ada hubungannya dengan masa depan keraton, tapi kalau dibaca menggunakan rasa maka sebetulnya sudah mengarah ke sana," kata Koes.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas