Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ratusan Situs Suci Ini Terancam Musnah

Pemerintah diminta segera membuat batas wilayah cagar budaya untuk melindungi ratusan situs di Gunung Penanggungan.

zoom-in Ratusan Situs Suci Ini Terancam Musnah
indonesia discovery
Pemandian Sumber Tetek, satu dari ratusan situs yang ada di kaki Gunung Penanggungan. 

TRIBUNNEWS.COM, MOJOKERTO - Pemprov Jawa Timur dan Pemkab Mojokerto, diminta segera membuat batas wilayah cagar budaya untuk melindungi ratusan situs di Gunung Penanggungan.

Menurut Hadi Sidomulyo, penulis buku tentang sejarah kerajaan di Nusantara menilai, itu harus dilakukan agar berbagai situs suci tidak terjamah aktivitas manusia yang merusak

Hadi berharap, Gunung Penanggungan menjadi museum budaya dan ekologi yang alami sehingga menjadi daya tarik wisata di Jawa Timur.

Namun, harapan itu baru bisa terwujud kalau pemerintah menetapkan kawasan tersebut sebagai cagar budaya yang dilindungi.

Selama ini, hanya hutan di kawasan Gunung Penanggungan yang berstatus dilindungi.

Sedangkan ratusan situs yang tersebar di lereng hingga puncak gunung, sama sekali belum dilindungi. Padahal, sejak awal abad 19, situs tersebut sudah menjadi obyek penelitian.

Dari catatan Hadi, ada dua kelompok bangunan bersejarah di Gunung Penanggungan. Kelompok pertama, terletak di kaki gunung.

Berita Rekomendasi

Bangunan kelompok ini berupa gapura di Jodong dan pemandian kuno di Jolotundo dan Belahan. Bangunan itu berdiri pada abad ke 10 hingga kejatuhan Majapahit.

Pemandian kuno yang ada di kaki gunung merupakan bukti banyaknya sumber air di gunung tersebut.

Masyarakat lokal meyakininya sebagai amerta atau air abadi. Sampai saat ini, sumber air itu masih mengalir.

"Bisa dilihat dari situs Sumber Tetek, pemandian Jolotundo dan sumber air di gua dekat gapura Jedong," ungkap Hadi.

Kelompok kedua terdiri dari bangunan berteras atau punden berundak-undak serta pertapaan yang terdapat di lereng gunung.

Situs ini kondisinya kebanyakan masih cukup baik. Namun, jika pemerintah lambat menetapkannya sebagai warisan cagar budaya, maka ancama kerusakan tidak bisa dihindari.

Selama ini, lanjut Hadi, warisan budaya tersebut hanya dijaga beberapa juru pelihara. Mereka menjalankan tugasnya karena panggilan hati.

Juru pelihara ini menjaga situs terutama yang berada di lereng barat dan utara, tepatnya di Desa Kedungudi, Seloliman, Genting serta Kunjorwesi.

Juru pelihara ini, menurut Hadi, sangat senang bila ada ilmuwan atau seseorang yang datang membantu meletarikan candi.

Bagi mereka, menjaga candi-candi itu sebagai penghormatan terhadap peninggalan sejarah. "Merekalah yang membersihkan komplek candi dari rumput liar," ungkap Hadi. (idl)

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas