Warga Penemu Koin Emas : 10 Sudah Dijual, 5 untuk Kenang-kenangan
Ratusan warga terus berdatangan menyemut di lokasi penemuan koin emas. Sebagian besar mengendarai sepeda motor.
Editor: Yudie Thirzano
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Ratusan warga terus berdatangan menyemut di sepanjang jalan tanggul di kawasan itu. Sebagian besar mengendarai sepeda motor. Mereka diliputi rasa penasaran tentang sebuah cerita penemuan koin emas peninggalan Kerajaan Aceh yang mulai heboh pertama kali sejak Senin malam (11/11/2013) lalu. Cerita dari mulut ke mulut santer terdengar, bahwa koin emas itu pertama kali ditemukan seorang pencari tiram dalam sebuah peti. Namun, peti itu sudah ditumbuhi tiram. Lalu si penemu memecahkan peti itu dengan parang, maka berhamburanlah koin emas itu. Karena merasa panik, penemu membawa pulang. Beberapa di antaranya diperkirakan terjatuh dan berceceran dalam air. Sejak itulah Krueng Doy, Banda Aceh mulai ramai didatangi warga.
Areal lokasi warga mencari emas berupa lahan bekas sungai dan tambak warga. Di sekitar lokasi juga terdapat banyak batu nisan yang bertebaran di sejumlah sudut. Sebagain besar nisan berukuran satu meter dalam beragam bentuk itu sudah tak beraturan lagi. Ada yang sudah tumbang dan terbenam dalam lumpur. Di beberapa sudut lainnya tampak ada bukit-bukit yang tergerus air hingga menyisakan pepohonan liar dan bakau.
Di lokasi juga ditemukan peti bundar berdiameter 30 cm terbuat dari tembaga. Diduga ini merupakan peti koin emas pertama yang ditemukan. Namun sayangnya peti itu sudah rusak dan hanya meninggalkan bagian bawah dengan bekas bulatan koin terlihat jelas. Tak hanya koin emas, di lokasi itu juga ditemukan pecahan tembikar yang diperkirakan bikinan Cina.
Cerita berkah dari penemuan harta karun ini juga dirasakan Suheri (34), warga Merduati. Ia bersama ratusan warga lainnya rela berbasah-basahan di dasar sungai. Suheri mengaku sudah sejak Senin malam berada di lokasi penemuan. Ternyata usahanya tak sia-sia. Ia mendapat 15 koin emas. Sepuluh koin di antaranya sudah ia jual seharga Rp 450 ribu per satu koin. Sebagian dari uangnya disedekahkan untuk anak yatim.
"Ada lima lagi. Itu saya simpan untuk kenang-kenangan," ujarnya. Cerita yang sama juga diungkapkan Mursalin (24), warga Lampaseh Aceh. Tidak seperti yang lain, pria ini hanya mampu mendapat empat koin. Satu di antara koin tersebut dijadikannya sebagai kenang-kenangan. "Hari ini saya tidak mencari lagi, karena sudah banyak orang," ujarnya.
Koin emas yang ditemukan warga tersebut diyakini merupakan peninggalan Kerajaan Aceh masa lalu. Dalam literatur sejarah raja-raja Aceh dahulu menggunakan mata uang emas sebagai transaksi jual beli ketika itu yang kemudian dikenal dengan dirham (bahasa Aceh: Deureuham). Salah satu bentuk dirham yang ditemui warga di kawasan Krueng Doy Merduati, merupakan peninggalan masa kerajaan Aceh di bawah Pemerintahan Sultan Alaidin Syah Johan.
Uang ini memilik berat 0,450 gram, tebal 0,73 mm dengan garis tengah 14 mm. Dalam Buku Mata Uang Emas Kerajaan-Kerajaan di Aceh yang ditulis Prof Teuku Ibrahim Alfian, mata uang ini beredar sekitar tahun 1735-1760. Pada sisi muka terdapat tulisan arab berbunyi Alaidin Syah Johan dengan sisi belakang berbunyi Paduka Sri Sultan Al Adil. Namun, yang jelas penemuan koin emas ini menjadi fakta sejarah penting bahwa Kerajaan Aceh pada masanya pernah berjaya dan makmur. (Serambinews.com/Ansari Hasyim)