23 Desa di Magelang Rawan Banjir Lahar Hujan
Fenomena embusan Merapi pascaerupsi 2010, yang banyak membawa abu vulkanik, bisa mendorong material menjadi banjir lahar
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Agung Ismiyanto
TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, meminta masyarakat yang berada di lereng dan kaki Gunung Merapi untuk mewaspadai ancaman banjir lahar hujan. Sebab, fenomena embusan Merapi pascaerupsi 2010, yang banyak membawa abu vulkanik, bisa mendorong material menjadi banjir lahar.
"Fenomena Merapi yang sekarang, akan mengeluarkan abu vulkanis terus menerus. Sehingga, dimungkinkan lahar hujan akan terus terjadi," ujar Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Magelang, Joko Sudibyo, Selasa (19/11/2013).
Joko mengatakan pihaknya mencatat setidaknya ada tiga embusan yang relatif besar pascaerupsi tahun 2010 lalu. Tiga embusan tersebut terjadi pada tanggal 15 Juli 2012, 22 Juli 2013 dan terakhir 18 November 2013 kemarin.
Menurut Joko letusan dahsyat pada 2010 telah mengubah drastis karakter dan perilaku Gunung Merapi. Biasanya sebelum meletus Merapi selalu menunjukkan tanda-tanda alam berupa peningkatan kegempaan, deformasi dan lainnya namun sekarang tidak.
Joko menambahkan salah satu penyebab banjir lahar hujan, adalah kandungan abu vulkanik pada tumpukan material erupsi mencapai sekitar delapan persen. Menurutnya, abu vulkanik jika terkena air hujan bisa berfungsi layaknya zat pelumas sehingga menimbulkan banjir lahar hujan.
Adapun pada periode 2010-2011 hujan dengan intensitas 20 mm per jam selama 2 jam sudah cukup untuk menimbulkan banjir lahar. Namun setelah kandungan abu vulkanik berkurang hujan dengan intensitas lebih dari 50 mm belum menimbulkan banjir lahar.
"Karena itu jika embusan terus terjadi dan kandungan abu bertambah maka potensi banjir lahar juga semakin besar. BPBD kini mulai menyusun peta resiko bencana untuk meminimalisir ancaman yang ada," papar Joko.
Ancaman banjir lahar hujan yang dipetakan oleh pihaknya sesuai dengan peta resiko adalah warga di bantaran Kali Putih, seperti Desa Srumbung, Jumoyo, Gulon, Seloboro, Sirahan, dan Blongkeng. Sementara wilayah lainnya adalah warga di sekitar Kali Pabelan, Kali Krasak, Kali Lamat.
Terkait tiga jejak alur berwarna putih yang diperkirakan merupakan lumpur vulkanik yang terlontar dari kawah Merapi, pascaerupsi freatik, Senin (18/11/2013) pagi, juga perlu diwaspadai. Namun, sejauh ini masih aman dan tidak terlalu bahaya.
Agar masyarakat memiliki pemahaman terkait ancaman erupsi dan banjir lahar hujan Merapi, pihaknya juga akan menggelar sosialisasi kepada 23 desa di wilayah Kawasan Rawan Bencana III, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali.
"Ada 19 desa di Kabupaten Magelang dan empat desa di wilayah Kabupaten Boyolali, yang akan mengikuti sosialisasi ini. Agar masyarakat semakin siap dan waspada mengahadapi bencana," jelasnya.
BPBD mencatat sedikitnya 23 desa di empat Kecamatan Kabupaten Magelang, tercatat sebagai daerah rawan ancaman banjir lahar hujan Merapi. Puluhan desa yang rawan terhadap banjir lahar hujan tersebut, mayoritas berada di bantaran sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan BPBD Kabupaten Magelang, Mulyanto, mengatakan 23 desa rawan banjir lahar hujan tersebut tersebar di wilayah Kecamatan Ngluwar, yang terdiri dari Desa Blongkeng, Pakunden, Somokaton, Bligo, dan Ngluwar. Sementara, di wilayah Kecamatan Salam terdiri dari Desa Salam, Mantingan, Sucen, Kadiluwih, Gulon,
Jumoyo, Seloboro, dan Sirahan.
Untuk Kecamatan Muntilan, terdiri dari Kelurahan Muntilan, Ngawen, Gunungpring, Tamanagung, Gondosuli, dan Adikarto. Lahar hujan juga mengancam wilayah Kecamatan Mungkid, yang terdiri dari Desa Pabelan, Progowati, Ngrajek, dan Bojong.
Sebelumnya, petugas pengamat Gunung Merapi di Pos Babadan menyatakan ada tiga alur berwarna putih keabu-abuan, terpantau dari Gunung Merapi, pascaletusan freatik Merapi, Senin (18/11/2013) pagi. Tiga alur putih tersebut berada di hulu sungai Senowo, dan memanjang sekitar 700 meter dari puncak Merapi.
"Alur itu, kemungkinan merupakan lontaran aliran awan panas, atau lumpur vulkanik. Tapi itu, dimungkinkan mengandung lumpur dan material debu bercampur air," kata petugas pengamat Merapi di Pos Babadan, Purwono.
Menurutnya, alur putih tersebut sangat berbahaya, jika ada penduduk yang dekat dengan wilayah tersebut. Selain berada di Sungai Senowo, alur putih tersebut juga berada di alur Sungai Trising, meski dalam intensitas kecil. (ais)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.