Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pembangunan Petikemas Terpengaruh Anjloknya Rupiah

Peningkatan investasi pembangunan terminal peti kemas Belawan tahap II menjadi Rp 2,2 triliun dari Rp 1,7 triliun

Editor: Budi Prasetyo
zoom-in Pembangunan Petikemas Terpengaruh Anjloknya Rupiah
SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR
Pekerja melakukan persiapan bongkar muat peti kemas yang diangkut dengan kapal Hyrondex di Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya, Aceh Besar, Senin (1/7/2013). Pengangkutan peti kemas dari Jakarta ke Aceh itu merupakan yang pertama dan akan dilakukan secara rutin selama delapan hari sekali. SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR 

TRUBUNNEWS.COM  MEDAN,  - Direktur Utama PT Pelindo I Medan, Bambang Eka Cahyana, memastikan terjadi peningkatan investasi pembangunan terminal peti kemas Belawan tahap II menjadi Rp 2,2 triliun dari Rp 1,7 triliun sebelumnya.

Pendanaan berasal dari pinjaman 70 persen dan sisanya ditangung pemegang saham (PT Pelindo I, PT Wijaya Karya, dan PT Hutama Karya). Peningkatan investasi tersebut,  kata Bambang, terjadi akibat kenaikan kurs rupiah terhadap dolar AS dan kedalaman alur dari minus 12 Lws jadi 14 Lws.

"Studi awal kan menggunakan asumsi kurs sekitar Rp 8.000-Rp 9.000 per dolar. Sedangkan saat ini kurs rupiah terhadap dolar sudah di atas Rp 11.000. Kemudian, alur pelabuhan pada awal studi hanya minus 12 Lws dan kini diperdalam jadi minus 14 Lws," terangnya usai Pencanangan Proyek Pengembangan Terminal Peti Kemas Belawan Paket II sepanjang 350 Meter di Belawan, Senin (18/11).

Ia mengakui, penambahan dermaga di Terminal Petikemas Belawan harus dilakukan saat ini. Apalagi trafik petikemas di Belawan tumbuh pesat, dengan rata-rata 15 persen di terminal domestik dan 5,8  persen di terminal internasional.

"Dengan perluasan terminal Paket I dan Paket II sepanjang 700 m, akan memberikan tambahan kapasitas Terminal Petikemas Belawan sebesar 800.000 teus per tahun. Ditambah kapasitas yang ada sekarang, total kapasitas Terminal Petikemas Belawan secara keseluruhan menjadi 2.000.000 teus per tahun," jelas Bambang.

Dengan kedalaman kolam -14 mLWS, Terminal Petikemas Belawan Paket I dan Paket II akan mampu mengakomodasi kedatangan kapal-kapal mother vessel sampai dengan ukuran 5.000 teus sehingga akan merubah pola perdagangan.

Berita Rekomendasi

"Selama ini Terminal Petikemas Belawan (BICT-red) hanya menjadi feeder pelabuhan Singapura, Tanjung Pelepas dan Port Klang. Dengan selesainya Terminal Petikemas Paket I dan II maka barang-barang dari Belawan dan sekitarnya akan dikirim langsung dengan mother vessel ke pelabuhan akhir, baik di Timur Tengah, Eropa bahkan Australia," tambahnya.

Saat ini PT Prima Terminal Petikemas sedang melakukan persiapan untuk pembangunan. Secara keseluruhan pekerjaan sipil meliputi reklamasi seluas 16 Ha, perpanjangan dermaga 350 m dengan kedalaman -14 mLWS, pembanguan CY dan utilities. Sedangkan pengadaan alat meliputi 4 Container Crane Post Panamax yang akan dilakukan bertahap, 12 Transtainer dan 20 Head Truck dan Chasis.

"Semoga awal tahun 2014 pembangunan sudah dimulai. Secara keseluruhan baik pembangunan pekerjaan sipil, pengadaan alat dan IT dapat diselesaikan di akhir 2016. Dan di awal tahun 2017 nanti terminal baru sudah mulai beroperasi," pungkas Bambang.

Sementara itu, Menteri BUMN Dahlan Iskan meminta program pengembangan terminal peti kemas Belawan harus dikebut, sehingga proses ekspor dari Sumatra Utara tidak harus lewat Singapura dan Malaysia.
"Sebab kalau menunggu pinjaman dari luar negeri, waktunya panjang sekali. Bank nasional sudah mampu mendanai proyek infrastruktur. Seperti pembangunan terminal ini yang didanai oleh Bank Mandiri," katanya.(ers) 

Perlancar Logistik

Ketua Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) Sumut, Khairul Mahalli, mengakui  perlunya solusi untuk mengurangi berbagai kendala yang menyebabkan sampai saat ini peringkat daya saing logistik nasional masih jauh ketinggalan dari banyak negara, terutama Singapura, China, Malaysia dan Thailand.

Tercatat hingga akhir tahun 2012, peringkat daya saing Sislognas berada pada posisi 59 dibandingkan Singapura yang menduduki peringkat 1, China 25, Malaysia 28 dan Thailand 38. Padahal GDP Indonesia menduduki rangking pertama mencapai 27,02 persen, diikuti Korea Selatan 16,3 persen, Jepang 10,6 persen dan USA 9,9 persen.

"Buruknya sistem logistik nasional (Sislognas) disebutkan erat kaitannya karena sampai saat ini kondisi infrastruktur, fasilitas dan peralatan yang dimiliki operator pelabuhan masih sangat memprihatinkan, ditambah lagi tetap berlanjutnya birokrasi berbelit," keluhnya. (ers)

Sumber: Tribun Medan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas