Dokter Mogok Tidak Manusiawi
Aksi mogok dokter sebagai solidaritas untuk dokter Ayu Cs yang ditahan, membuat sejumlah pasien di beberapa rumah sakit
Editor: Hendra Gunawan
Humas RSUD Pirngadi Medan Edison Peranginangin mengatakan kalau semaksimal mungkin pasien dari poliklinik diupayakan dilayani di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Edison mengatakan dokter yang digaji negara itu tidak mendapatkan sanksi dari pihak rumah sakit, meski absen.
Ia membantah pelayanan di RSUD Dokter Pirngadi lumpuh total. Katanya ada beberapa dokter yang melakukan operasi yang sudah dijadwalkan.
"Rencana operasi kan tetap berjalan, akan tetapi untuk di poliklinik memang kita tengok dokternya belum ada yang melayani. Tapi dokter ada juga kita lihat (di poliklinik) satu dua orang."
Di RSUP Haji Adam Malik, gedung bagian unit rawat jalan sepi. Dari 12 poliklinik, hanya poli anak/bagian umum kesehatan anak, yang didatangi pasien.
Perawat di Poliklinik Kardiologi, mengatakan seluruh dokter melakukan demonstrasi dan tidak melayani pasien. Jika ada pasien, hanya perawat yang melayani.
"Kalau ada pasien kami hanya menenangkan saja, serta melayani. Namun tidak memberikan obat karena yang memberikan resep adalah dokter," kata perawat yang enggan menyebut identitasnya.
Epizek, orangtua Talisa, penderita thalasemia, mengatakan mesti menunggu dokter hingga empat jam, agar anaknya mendapatkan pemeriksaan. Mereka tiba di rumah sakit ini sejak pukul 09.00 WIB, namun baru mendapat pemeriksaan pada pukul 13.51.
Ia rela menunggu lama karena anaknya setiap dua bulan secara rutin mesti mendapat perawatan medis. "Tadi dokter demo, jadi saya menunggu, baru inilah diperiksa dan sedang menunggu untuk mendapatkan ruangan. Setiap dua bulan secara rutin anak saya dirawat inap di sini, kalau tidak dia bakal pucat dan lemas."
Sebelumnya Direktur Medik dan Keperawatan dr Mardianto, SpPD mengatakan banyak dokter di rumah sakit ini yang absen.
"Saya enggak ingat nama nama dokter yang enggak hadir. Cukup banyak tak hadir mungkin. Kalau ditotalkan per hari, pasien yang berobat mencapai 900 orang. Kita rekan sejawat biarkan lah mereka melakukan keperhatinan itu. Pihak rumah sakit belum berpikir untuk memberikan sanksi."
Namun dokter di RSUD Lubukpakam bekerja seperti biasa dan memberikan pelayan pada pasien. Bahkan tak ada terlihat dokter yang mengenakan pita hitam di lengan.
Dua dokter yang bertugas di manajemen yakni, dr Evi dan drg Reski hanya tersenyum saat ditanya alasan tidak mengenakan pita hitam, seperti yang dilakukan ribuan dokter di seluruh Indonesia.
"Kita tetap dukung apa yang dilakukan dokter-dokter lain. Kalau persoalan aksi kembali lagi sih ke masing masing orang. Kalau di rumah sakit ini juga semua dokter masuk, normal saja pelayanan disini. Semua pasien dilayani seperti biasa kok," ujar Evi.
Keduanya membantah mereka takut melakukan aksi karena ada tekanan dari Bupati Deliserdang, Amri Tambunan. Menurutnya dokter yang ada di rumah sakit bekerja tanpa ada instruksi dari siapapun.
"Ada 50-an dokter yang berstatus PNS di sini. Semuanya tetap memberikan pelayanan. Bentuk solidaritas kita sebatas empati sajalah. Sekitar 80-an persen datang kok hari ini, kalau yang 20 persen lagi belum tau ada urusan apa." (riz/dra/cr6)