Asal Usul Batu Granit Belitung Masih Membingungkan
Wisatawan yang masih kerabat dekat mereka itu tertarik dengan susunan batu granit di tepi pantai
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Pos Belitung, Wahyu K
TRIBUNNEWS.COM, BELITUNG - Ardi, warga Tanjungpandan Kabupaten Belitung langsung tertawa ketika mengingat cerita tentang batu granit di Pantai Tanjung Tinggi. Ceritanya bermula ketika ia dan rekannya mengajak beberapa wisatawan berkunjung ke pantai tersebut.
Wisatawan yang masih kerabat dekat mereka itu tertarik dengan susunan batu granit di tepi pantai. Wisatawan itupun kemudian menanyakan asal usul terbentuknya susunan tersebut.
Tanpa beban, rekannya menjawab susunan batu granit itu terbentuk dari materi letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda. Pecahan materi letusan itu berjatuhan di Pulau Belitung dan tersusun indah pada masa sekarang.
Tapi, entah menguji atau tak sengaja wisatawan itu kemudian mengajukan pertanyaan ringan. Pertanyaan itu membuat rekan Ardi kelabakan dan membuat suasana menjadi sunyi untuk beberapa saat.
"Dia tanya, kalau dari Krakatau, kok cuma ada di Belitung ya, seharusnya pecahan batu granit itu ada di mana-mana di sekitar Krakatau, kami pun hanya diam dan tersenyum malu," kata Ardi.
Kisah Ardi ini berlangsung jauh sebelum pariwisata Belitung booming. Namun, hingga kini pertanyaan mengenai asal usul susunan unik batu granit Belitung masih terus menarik rasa ingin tahu wisatawan.
Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Babel Agus Pahlevi mengatakan, hingga kini belum semua pemandu wisata mengetahui asal usul susunan batu granit Belitung. Kondisi ini membuat penjelasan antara pemandu satu dengan yang lainnya selalu berbeda.
"Setiap wisatawan yang ke Belitung selalu nanya soal batu granit itu, tapi permasalahannya jawaban pemandu wisata berbeda-beda sehingga ini perlu disosialisasikan," kata Agus kepada Pos Belitung (Tribunnews.com Network), Jumat (29/11/2013) pagi.
Kajian mengenai asal usul Batu Granit sebenarnya sudah ada. Kajian itu juga sudah disampaikan dalam kegiatan pelatihan perencanaan dan pengembangan geowisata untuk Belitung yang diselenggarakan atas kerja sama UNDP, Disbudpar Provinsi Bangka-Belitung, dan Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan (P-P2Par) ITB, September 2013.
Namun kajian tersebut belum disampaikan secara khusus kepada para pemandu wisata. Pemerintah daerah juga belum menetapkan kajian itu sebagai sumber acuan untuk seluruh pemandu wisata.
"Sebenarnya kalau cuma informasi, wisatawan tinggal cari di google, hanya tetap saja berbeda ketika itu dijelaskan oleh guide lokal," kata Riviani, salah seorang pelaku tour and travel di Belitung.