Butet Manurung: Hutan Rumah Orang Rimba Dirusak Kaum Kapitalis
"Saya juga menjadi saksi kaum kapitalis mengeksploitasi hutan yang menjadi rumah Orang Rimba," tuturnya.
Laporan Wartawan Tribun Medan Liston Damanik
Sudah empat belas tahun berselang, sejak Saur Marlina Manurung kali pertama menginjakkan kaki di hutan Jambi, dan hidup bersama komunitas Orang Rimba guna mengajar baca-tulis-hitung.
KINI, perempuan yang akrab disapa Butet Manurung itu, bersama dengan organisasi yang ia gagas: "Sokola", menjalankan program serupa di berbagai komunitas penduduk asli di wilayah terisolasi tujuh provinsi.
Akhir November lalu, kisah kepahlawananya itu difilmkan oleh duet produser-sutradara, Mira Lesmana dan Riri Reza. Dalam film itu, Butet sendiri diperankan oleh aktris peraih Piala Citra, Prisia Nasution.
Butet, berbagi cerita dengan civitas academica Universitas Negeri Medan (Unimed) yang mengundangnya untuk menjadi pembicara pada seminar pendidikan dalam rangka Dies Natalis ke-48, Jumat (13/12/2013).
Suka-dukanya mengajar anak-anak Orang Rimba sangat banyak, mulai dari diancam santet oleh orang tua murid, atau dimusuhi oleh para isteri yang mengira suaminya bakal digaet Butet.
"Saya juga menjadi saksi kaum kapitalis mengeksploitasi hutan yang menjadi rumah Orang Rimba," tuturnya.
Kisah kehidupannya yang berwarna mampu menyentuh para mahasiswa yang setelah tamat ingin menjadi guru dan dosen yang hadir.
Perempuan kelahiran Jakarta, 21 Februari 1972 ini bercerita, karena harus beradaptasi dengan kehidupan Orang Rimba yang jauh dari peradaban modern dan sistem pendidikan, mau tak mau ia pun jadi tidak hanya sekadar mengajar.
Ia mengesampingkan logika manusia modern, ikut berburu dan memancing ikan, dan berpakaian seperti anggota Orang Rimba. Ia betul-betul bertindak sebagai seorang Antropolog, yang terlibat dalam obyek penelitiannya.
Saat sesi dialog, seorang mahasiswa mengaku ingin menjadi pengajar dan mengalami petualangan seperti Butet. Namun, ia ragu karena orang tuanya menginginkan dirinya menjadi seorang pegawai negeri. Ia pun bertanya bagaimana Butet memiliki keyakinan diri menjadi seorang pengajar yang keluar-masuk hutan.
Butet yang sejak kecil ingin bertualang karena terinspirasi film-film Indiana Jones, mengaku tidak pernah ragu dengan pilihan hidupnya. Menurut Butet, ia percaya orang tua selalu menginginkan anaknya bahagia.
Namun, kalau sang anak terlihat ragu akan pilihan masa depannya, maka orang tua akan mencekokinya dengan pilihan hidup versi orang tua.
"Sewaktu kali pertama pergi ke hutan, saya bilang ke Mama saya akan pergi hanya tiga bulan. Setelah itu, diperpanjang lagi tiga bulan. Dan begitu seterusnya. Sampai akhirnya Mama saya datang ke hutan. Karena waktu itu saya sakit, akhirnya mama saya yang menggantikan saya mengajar," kata Butet, yang mengaku justru jadi lebih banyak belajar dari orang-orang yang ia didik.
Seusai acara, Butet yang didapuk majalah Time sebagai Heroes of Asia Award 2004 mengatakan bahwa dirinya cukup puas dengan pencapaiannya selama 14 tahun menjadi pendidik.
Saat ini Butet masih sering turun ke pedalaman hutan dan tempat-tempat terpelosok. Namun, karena organisasinya semakin besar, ia pun lebih berperan sebagai koordinator bagi rekan-rekannya yang mengeksekusi program di Bulukumba, Flores, dan daerah lainnya.
"Perkembangannya bagus. Saya senang melihat anak didik saya bisa menjadi dirinya sendiri," katanya, sambil menandatangani buku Sokola Rimba yang ia bawa untuk dijual di kampus Unimed.
"Saya ingin jadi inspirasi dan memengaruhi kebijakan. Kebijakan tentang pendidikan yang mengatur orang-orang yang berbeda ini, harus punya sistem pendidikan yang berbeda juga," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.