Harga Rumah Murah Bakal Naik Awal 2014
Pengembang properti di Sumatera Utara mengusulkan masyarakat membeli rumah sebelum harga rumah murah mulai naik.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Pengembang properti di Sumatera Utara mengusulkan masyarakat membeli rumah sebelum harga rumah murah mulai naik.
Real Estat Indonesia (REI) Sumut berharap paling lama awal tahun 2014 harga rumah program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahaan (FLPP) bisa naik 30 persen sesuai yang diusulkan organisasi pengembang tersebut ke Kemenpera.
Usul itu mencuat didasari karena kenaikan harga bahan bangunan dan upah disebabkan dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi pada Juni kemarin.
Tomi Wistan, Ketua REI Sumut, mengatakan usulan REI kepada pemerintah terkait kenaikan harga rumah sederhana tapak (RST) sudah ditunjuk konsultan untuk mengkaji harga-harga tersebut.
"Kita harap Kemenpera menyetujui ini. Akhir bulan atau paling lama di awal tahun depan sudah bisa disetujui dengan turunnya peraturan tentang harga rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)," katanya, Selasa (17/12/2013).
DPP REI memang telah mengusulkan kenaikan harga rumah program FLPP sebesar 30 persen dari harga rumah yang dipatok pemerintah saat ini. Kenaikan tersebut juga belum termasuk prasarana sarana utilitas (PSU) seperti jalan dan drainase.
Meski naik di 2014, tambahnya, usulan kenaikan harga rumah murah ini diperkirakan masih dapat terjangkau MBR dan penyesuaian harga yang diminta akan membantu pengembang dalam menyediakan rumah untuk MBR, karena saat ini harga bahan bangunan dan upah sudah naik.
Ditambah lagi, masih sulit mendapatkan tanah yang murah dalam pengadaan rumah ini. Penyesuaian harga ini, nantinya dapat mendukung pencapaian target rumah MBR dan komersil lainnya.
Sementara itu pengamat properti Sumut dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Sumut, Erius Simanjuntak, memprediksi bahwa setiap kenaikan 1 persen suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) akan menurunkan penyaluran KPR hingga 5 persen.
Sementara itu meningkatnya suku bunga, ketatnya kredit, dan kebijakan tidak boleh inden untuk KPR rumah kedua, membuat sektor properti bakal melemah. Pada 2014, pertumbuhan sektor properti bakal melambat di bawah tahun ini.
BI rate yang sudah di angka 7,5 persen membuat pasar perumahan mengalami perlambatan. Dalam satu bulan ke depan diperkirakan mulai terjadi penurunan penjualan perumahan khususnya di segmen menengah sampai bawah.
"Banyak bank yang sudah menaikkan suku bunga KPR menjadi di atas 10,5 persen. Diperkirakan semua bank terus menyesuaikan suku bunganya dalam jangka waktu dua bulan ke depan," katanya.(ers)