Penghinaan Berujung Perkelahian di Jembatan Ampera
Ramadani bersama temannya delapan orang mengeroyok Andi, saat kondisi jalan sedang macet di atas Jembatan Ampera
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Mulut mu harimau mu, itulah ungkapan yang pas untuk Ramadani (17). Hinaannya kepada Andi Wandira (20), kernet angkutan kota (angkot) Plaju-Ampera, berujung perkelahian.
Ramadani bersama temannya delapan orang mengeroyok Andi, saat kondisi jalan sedang macet di atas Jembatan Ampera, Selasa (31/12/2013). Aksi keributan itu terpantau petugas Patroli lalu Lintas Polresta Palembang yang kemudian menggiring mereka ke kantor polisi.
Menurut Ramadani cs, saat itu mereka jalan-jalan ke International Plaza (IP). Waktu mau pulang mereka menumpang mobil pick-up. Tepat di atas Jembatan Ampera jalan sedang macet secara tidak sengaja ia menghina kernet angkot yang kemudian diketahui bernama Andi Wandira. Rupanya hinaan itu membuat Andi naik pitam dan memukul Kepet (18) salah satu teman Ramadani. Melihat Kepet dipukul, secara beramai-ramai Ramadani dan teman-temannya turun dari mobil langsung mengeroyok Andi.
Herman (31) sopir angkot yang melihat kernetnya Andi dikeroyok tidak tinggal diam. Dia mengambil kunci roda dan memukul Aidil, teman Ramadani hingga kepalanya berdarah. Keributan itu kemudian dihentikan petugas patroli Polresta Palembang yang langsung membawa mereka ke kantor polisi.
"Saya tidak sengaja menghinanya, saya setelah itu diam, tapi tiba-tiba kernet tersebut memukul teman saya," ujar Ramadani.
Sementara Herman sopir angkot mengaku dia terpaksa turun membantu Andi, karena saat mau dipisah kedelapan orang tersebut tidak mau dan terus memukuli Andi yang juga merupakan keponakannya. Bahkan Herman mengatakan Ramadani Cs memukulnya secara membabi buta.
"Saya terpaksa melakukan itu karena melihat kondisi keponakan saya yang terus dipukuli," ungkap Herman.
Kasat Reskrim Polresta Palembang Kompol Djoko Julianto, membenarkan peristiwa tersebut sudah ditangani Polresta Palembang. Sedangkan para pelaku masih diamankan di kantor polisi. Menurut Djoko, kenakalan remaja sekarang sudah cukup memprihatinkan, sehingga memerlukan pembelajaran dan perhatian serius dari para orang tua.