Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Nenek 115 Tahun Hidup Sebatang Kara dalam Kelumpuhan

Rabia, nenek yang disebut-sebut telah berumur 115 tahun, terpaksa menderek tubuhnya yang lumpuh demi bertahan hidup.

zoom-in Nenek 115 Tahun Hidup Sebatang Kara dalam Kelumpuhan
KOMPAS.com/ Junaedi
Rabiah, nenek berumur 115 tahun lebih menderek tubuhnya demi memenuhi kebutuhan dasarnya. 

TRIBUNNEWS.COM, PINRANG - Rabia, nenek yang disebut-sebut telah berumur 115 tahun asal Dusun Kulinjang, Desa Kariango, Kecamatan Lembang, Pinrang, Sulawesi Selatan, terpaksa menderek tubuhnya yang lumpuh demi bertahan hidup.

Dia harus melakukan itu saat harus makan, mandi, atau memasak. Kini Rabi hidup sebatang kara, setelah suami dan tiga anaknya meninggal mendahuluinya.

Kekinian, Rabia hanya bisa mengandalkan belas kasihan orang-orang di sekitarnya. Kehidupan seperti ini telah dijalaninya sejak 15 tahun terakhir.

Badan dan kedua kakinya yang lumpuh sejak lama, membuat nenek sebatang kara ini harus berjuang sendiri menghadapi sisa-sisa hidupnya.

"Saya hidup masih di zaman Nippon Jepang. Saya sudah berkali-kali pindah kampung sebelum tinggal di sini. Sejak lumpuh saya sudah puluhan tahun hidup dari pemberian tetangga," ujarnya terbata-bata.

Agar bisa naik turun tangga dari rumahnya untuk sekadar mandi atau mengambil kebutuhan air untuk masak atau mencuci, Rabia harus menopang badan dan kedua kakinya yang lumpuh menggunakan kedua tangannya.

Dengan cara mendorong ke belakang secara perlahan-lahan, dengan begitu dia bisa naik atau turun dari rumahnya.

BERITA TERKAIT

Sementara itu, ember berisi air diangkat Rabia dengan cara digeser perlahan-lahan hingga ember berisi air bisa naik ke atas rumahnya.

Satu-satunya permintaan rutin Rabia setiap kali ada warga yang datang ke rumahnya adalah obat-obatan. Rabia berharap badan dan kedua kakinya yang lumpuh akibat terjatuh bisa sembuh kembali.

Kini, Rabia tinggal di rumah peninggalan suaminya yang sudah lapuk. Salah satu sudut rumah ini bahkan sudah hancur dan tak layak ditempati lagi. Tiang dan dinding-dindingnya yang lapuk dimakan rayap mulai jatuh satu per satu.

Nyaris tak ada perabotan di rumah ini. Hanya ada beberapa lembar kain lusuh dan robek yang berserakan di lantai bambu dan bercampur papan.

"Kasihan hidupnya tak menentu. Hanya tetanga yang menaruh belas kasihan terhadapnya," ujar Fitri, tetangga Rabia.

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas