Angga Pasrah Umrah Tertunda
Serangan abu vulkanik yang terjadi sejak Kamis (13/2) malam, memaksa bandara di Sidoarjo itu tutup selama dua hari.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Letusan Gunung Kelud membuat Bandara Internasional Juanda kacau balau, Jumat (14/2). Serangan abu vulkanik yang terjadi sejak Kamis (13/2) malam, memaksa bandara di Sidoarjo itu tutup selama dua hari.
Bahkan abu vulkanik Kelud membuyarkan acara penerbangan perdana dari Terminal 2 (T2) kemarin. Tak hanya dari T2, tetapi seluruh penerbangan dari Bandara Juanda dibatalkan hingga waktu tak terbatas.
Bandara tertutup abu sejak pagi. Di apron terlihat sejumlah pesawat dari berbagai maskapai diparkir dengan badan tertutup abu. Sementara, mesinnya terlihat ditutup plastik agar tidak kemasukan abu yang bisa merusak mesin.
Sementara itu di konter, terlihat antrean ratusan calon penumpang yang gagal terbang. Sebagian besar dari mereka mengenakan masker. "Tidak jadi terbang. Kami tukarkan tiket," ujar salah satu calon penumpang. "Yah, pulang saja. Sampai nanti sore juga tidak bakalan ada penerbangan. Debunya tebal sekali," ungkap Hansen, yang ditemui di T2.
Gagal terbang juga dialami sejumlah warga yang hendak menjalankan ibadah umrah. Mereka sudah telanjur berkumpul di T2, tetapi kemudian diberitahu tidak bisa terbang.
"Kami jadwalnya naik Cathay jam 08.30 WIB berangkat. Tadi sampai T2 jam 06.00 WIB, dan langsung mendapat pemberitahuan kalau penerbangan batal," jelas Angga, dari rombongan umrah Hikmah Wisata Travel Agent Surabaya.
Supatmo, ayah Angga, mereka mendapat pemberitahuan berangkat Kamis (13/2) malam. "Tadi jam 6 sampai sini, banyak debu. Kami sudah menduga akan batal atau mundur penerbangannya," jelas Supatmo.
Bersama 54 anggota rombongan lainnya, warga Tenggilis Surabaya ini, kemudian menikmati sarapan sambil menunggu pengumuman dari pihak travel, soal akan diinapkan di hotel mana. Rombongan umrah dari dari travel Insan Mandiri juga keleleran pagi itu.
Mereka terlihat duduk lesehan di lantai sambil menikmati nasi kotak. "Kami sadar, ini bencana alam," komentar Nur Rahman, yang sudah sejak subuh berada di T2 Juanda.
Andrias Yustinian, Kasi Komunikasi dan Hukum PT Angkasa Pura I Cabang Bandara Internasional Juanda menjelaskan, penutupan Bandara Juanda untuk sementara ditetapkan sampai Sabtu (15/2) pukul 06.00 WIB. "Apalagi tak hanya di bandara Juanda, tapi juga bandara Adi Sumarmo, Solo, Adi sucipto, Jogjakarta, dan Ahmad Yani, Semarang. Jadi saling terkait," jelas Andrias.
Ia menjelaskan para penumpang gagal terbang mendapat pilihan untuk refund (pengembalian uang), ganti jadwal penerbangan atau diinapkan di hotel sambil menunggu waktu keberangakatan baru mulai Sabtu. "Syukurlah, saat pembukaan terminal baru, tenant-tenant makanan sudah buka. Jadi bisa melayani calon penumpang sebanyak itu," kata Andrias.
Andrias mengatakan, akibat penutupan itu, 386 penerbangan sehari atau 15.000 penumpang gagal terbang dari Juanda.
Bandara Internasional Juanda adalah satu dari tujuh bandara di Pulau Jawa yang ditutup gara-gara letusan Gunung Kelud. Enam bandara lainnya adalah
Adi Sumarno (Solo), Ahmad Yani (Semarang), Adi Sutjipto (Yogyakarta), Tunggul Wulung (Cilacap), Abd Saleh (Malang), dan Husein Sastranegara (Bandung). "Kondisi paling tebal abu vulkanisnya di Bandara Juanda karena paling dekat ke lokasi kejadian," kata Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Harry Bhakti dalam konferensi pers di kantornya di Jakarta, Jumat (14/2) sore.
Harry menjelaskan, Bandara Husein Sastranegara di Bandung dan Tanggul Wulung di Cilacap kemungkinan sudah bisa dibuka kembali pada pukul 18.00 WIB. Sementara itu, bandara lainnya baru bisa dibuka sekitar pukul 06.00-07.00 WIB, Sabtu (15/2).
Namun, kata Harry, setelah dibuka pun bukan berarti semua maskapai penerbangan di bandara tersebut bisa melayani penerbangan. Ada 33 jalur penerbangan yang hingga saat ini masih tertutup abu. Pada rute yang harus melewati satu dari 33 jalur itu, penerbangan belum bisa dilakukan.
"Misalnya, Bandara Soekarno-Hatta dan bandara di Bali tidak tertutup abu. Tapi dari Jakarta ke Bali atau sebaliknya, tetap harus melewati jalur yang tertutup abu. Jadi, tidak bisa," ujarnya.
Ia mengatakan, bila aktivitas Kelud menurun, kemungkinan problem penerbangan ini akan cepat selesai. "Tapi kalau meningkat, bisa bertambah," ujarnya. (rie/aji/kompas.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.