Pengerek Bendera Kesurupan, Apel Bendera Kacau
Kerasukan terjadi saat apel bendera sekitar pukul 07.15 Wita. Tiba-tiba tiga pelajar puteri pengerek bendera roboh
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Pos Kupang, Feliks Janggu
TRIBUNNEWS.COM, MAUMERE - Apel bendera Senin (17/2/2014) pagi di halaman Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Maumere berubah kacau menjadi arena tangisan, teriakan dan tawa. Puluhan siswi sekolah itu kerasukan roh yang diyakini penghuni kompleks sekolah itu.
Kerasukan terjadi saat apel bendera sekitar pukul 07.15 Wita. Tiba-tiba tiga pelajar puteri pengerek bendera roboh. Mereka lalu berteriak histeris. Suasana apel bendera pun terhenti, ketiganya digotong untuk ditenangkan di ruangan lobi sekretariat guru. Apel dilanjutkan dan pengerek bendera diganti. Tetapi, pelajar yang menggantikan ketiganya juga ikut kerasukan. Sontak membuat guru dan pelajar ketakutan.
Kepala SMA Negeri Maumere, Hendrik Sega, segera menghentikan apel bendera. Ratusan pelajar berhamburan di halaman sekolah sebab dengan cepat kerasukan itu merambat mengenai siswa-siswi lainnya.
"Kami terpaksa pulangkan semua pelajar karena kerasukan dengan cepat merambat. Jumlahnya sekitar 30 pelajar," kata Sega, didampingi FA Fasmin, bagian kesiswaan sambil mengarahkan anak-anak sekolah segera meninggalkan kompleks sekolah itu.
Para pelajar mengungkapkan, korban hampir mencapai 50 siswi. Karena tidak semua korban dibawa ke aula dan sekretariat guru. Suasana sekolah berubah menjadi gaduh. Teriakan terdengar di beberapa sudut sekolah. Para pelajar takut masuk kelas dan memilih berdiri berkelompok. Kerasukan muncul di beberapa kelompok pelajar yang berkumpul itu. Mereka saling menyadarkan satu sama lain ketika nampak gejala kerasukan.
Disaksikan Pos Kupang (Tribunnews.com Network), para siswa yang kerasukan digotong sesama pelajar. Total jumlahnya sekitar 30 siswa. Tetapi anak-anak sekolah memperkirakan sekitar 50 pelajar yang kena kerasukan.
Para guru dan siswa berkonsentrasi menangani korban yang berteriak histeris, meronta dan mengamuk. Para korban dikonsentrasikan di dua tempat, yakni di sekretariat para guru dan di aula.
Sementara banyak di antara pelajar yang tampak linglung, mata bergerak-gerak kiri kanan. Bahkan ada yang sempat menantang Pos Kupang ketika dia dinasihati untuk mengalihkan pikiran dan jangan melamun.
Para korban memperlihatkan perilaku yang beraneka ragam. Ada yang berteriak histeris sambil membantingkan badan di tanah. Ada yang menangis minta tolong dan terbaring lemas. Ada yang diam dengan mata bergerak ke sana dan kemari, sambil memegangi kepala mereka sendiri. Sementara teman-teman mereka berupaya mengetok-ngetok dahi mereka, menyadarkan mereka.
Ada siswa yang tertawa terbahak-bahak di saat teman-temannya menyadarkan. Ada pula yang menampakkan wajah bingung. Ada juga yang duduk pangku kaki sambil merokok. Kelompok yang terakhir ini memberikan banyak wejangan kepada para pelajar sekolah itu agar rajin belajar. Sebab sekolah itu tidak pernah meraih 100 persen kelulusan. Dia ngobrol cukup lama dan memperkenalkan diri sebagai guru di sekolah itu. Dia mengaku kecewa dengan para pelajar yang keluyuran malam, lompat tembok, memaki guru dan tidak serius belajar di sekolah itu.
Diancam Sejak Sabtu
Beberapa guru menuturkan, ancaman kerasukan itu sudah diketahui para siswi sejak mereka melakukan latihan pengerek bendera, Sabtu (15/2/2014). Seorang pelajar putri rupanya kerasukan, tetapi segera sadar. Namun dari mulutnya keluar ancaman bahwa akan datang membuat gangguan massal pada Senin (17/2/2014).
"Hari Sabtu itu kami dengar ada ancaman bahwa hari ini akan ada kerasukan massal seperti ini," ujar salah satu siswi yang enggan menyebutkan namanya.
Melalui salah satu korban kerasukan, roh berbicara kepada para pendidik dan siswa sekolah itu. Perasuk mengaku dirinya adalah guru di sekolah itu. Guru yang meninggal karena kecelakaan di dekat sekolah itu beberapa tahun lalu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.