Petani Gunung Kelud Berharap Utang Bank Dihapuskan
Tuntas rehabilitasi rumah yang rusak akibat erupsi Gunung Kelud, bukan berarti tidak lagi ada masalah bagi warga terdampak.
Laporan Wartawan Surya Tutug
TRIBUNNEWS.COM, KEDIRI - Tuntas rehabilitasi rumah yang rusak akibat erupsi Gunung Kelud, bukan berarti tidak lagi ada masalah bagi warga terdampak.
Masalah kredit bank dan modal usaha mulai menghadang warga Dusun Margomulyo, Desa/Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri.
Sebagian besar warga di Dusun Margomulyo bertani, dan menjadi plasma Perkebunan Mangli, Untuk membiayai modal pertanian, mereka mengambil kredit dari bank.
"Sebagian besar warga di sini mempunyai utang kepada bank untuk modal bertani," jelas Wiyono, Ketua RT 03/RW 01 Dusun Margomulyo, Desa/Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Kamis (13/03/2014).
Biasanya, utang dilunasi setelah panen. Tapi, panen gagal akibat letusan Kelud. Warga kesulitan untuk mengembalikannya. Di samping itu, warga juga kebingungan bagaimana mendapatkan modal untuk membiayai musim tanam mendatang. Jika tidak menanam, mereka tak akan mendapat nafkah.
Tanaman kopi, cengkeh, dan cabai yang menjadi harapan para petani, menurut Wiyono tak bisa diharapkan lagi. Harusnya cabai yang bakal panen bulan ini dan bulan depan memberi keuntungan besar kepada para petani lantaran harga cabai cukup bagus.
"Tetapi sebelum panen keburu dipanen dulu oleh Mbah Kelud," ujar Supriyono, Wakil Kepala Pabrik Perkebunan Mangli.
Rata-rata, petani menanggung utang antara Rp 10 juta-Rp 20 juta. Kini para petani menanggung kerugian antara Rp 20 juta - Rp 22 juta per petak.
"Kalau soal sembako dan rehabilitasi rumah tidak ada masalah, semuanya sudah dapat dari para dermawan yang menyalurkan bantuan kepada kami," ungkap Supriyono.
Dia berharap pemerintah mau memikirkan masalah apa yang dihadapi petani itu. Namun, hingga kini pemerintah belum memberikan pernyataan soal kredit yang bisa melegakan petani.
Ketua RT 03/RW 01 Dusun Margomulyo, Wiyono menambahkan, dia pernah ikut pertemuan dengan pejabat Pemkab Kediri, termasuk di antaranya Bupati Haryanti Soetrisno ikut hadir guna membahas penanganan pascaerupsi.
Ketika masalah soal kredit itu disampaikan petani, pejabat pemkab tidak bisa memberikan jawaban pasti. "Jawabannya, soal kredit itu urusan bank. Pemkab tidak bisa turut campur," tambah Wiyono.
Padahal, petani berharap, agar tanggungan mengembalikan kredit yang jatuh tempo ditangguhkan dan ada pemutihan bunga, serta diberikan lagi kredit untuk modal usaha musim tanam selanjutnya. "Dari mana lagi kami dapat nafkah kalau tidak dimodali," ujar lelaki yang bertani cabai itu.