Warga Garut Tetap Tenang Hadapi Imbas Tsunami Cile
warga mengetahui adanya gempa di Cile dan bakal terjadi tsunami setelah menyaksikan berita di televisi.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menurut Ade (65), warga Kampung Pasanggrahan, Desa/Kecamatan Cipatujah, saat dihubungi, warga mengetahui adanya gempa di Cile dan bakal terjadi tsunami setelah menyaksikan berita di televisi.
"Tapi setelah disebutkan bahwa ketinggian gelombang tidak akan sampai satu meter, warga bersikap tenang. Tapi tampaknya besok subuh (hari ini, Red) kami akan tetap waspada," ujarnya.
Ade menyebutkan, ketinggian gelombang tsunami di bawah satu meter masih lebih kecil dari tinggi gelombang yang biasa terjadi di pesisir Pantai Cipatujah yang merupakan pesisir Samudra Indonesia yang terkadang lebih dari satu meter. "Jadi gelombang itu (tsunami, Red) sudah tertelan gelombang biasa," katanya.
Pesisir Pantai Cipatujah pernah disapu gelombang tsunami pada 2004, yang menewaskan puluhan warga serta merusak ratusan rumah, sawah, dan kebun. Hingga kini warga masih trauma. Jika ada gempa bumi, warga langsung waspada, dengan melihat karakteristik ombak di pantai, apakah surut sebagai tanda akan ada tsunami atau tidak.
Kesiapsiagaan juga dilakukan warga enam kecamatan di Pangandaran. Khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, menurut Kabid Penanggulangan Bencana Badan Kesbangpol Satpol PP Penanggulangan Bencana Kabupaten Pangandaran, Dadan Sugita ST, warga yang tinggal di enam kecamatan, terutama yang berlokasi di sekitar pantai, diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan, tidak panik, dan menjauh dari pantai atau sungai.
Menyusul informasi ancaman tsunami Cile, ratusan warga Batukaraas Cijulang, Kabupaten Pangandaran, sejak pukul 20.00 mulai mengungsi meninggalkan kawasan Pantai Batukaraas atas inisiatif sendiri. Selain rumah saudara, warga banyak yang mengungsi ke masjid di Dusun Mandala, sekitar 3 km dari pantai.
Menurut tokoh masyarakat Cijulang, Engkus, meski diperkirakan gelombang tsunami tiba di pantai selatan Kamis pagi, warga tetap memilih mengungsi karena khawatir tsunami datang lebih cepat saat mereka tertidur lelap.
Engkus mengatakan, ada sekitar 300 orang warga Batukaraas yang mengungsi ke Dusun Mandala dengan menggunakan sepeda motor dan mobil. Selain itu, banyak pula warga yang berkumpul di Alun-alun Cijulang memantau situasi.
Gelombang laut tsunami setinggi hingga 2,1 meter telah menghantam beberapa wilayah pesisir Cile akibat gempa 8,2 skala Richter. Gempa juga menyebabkan terjadinya pemadaman listrik, kebakaran, dan tanah longsor. Sedikitnya lima orang tewas.
Titik pusat gempa terdapat di 86 km barat laut wilayah pertambangan di Iquique dan hanya berada 10 km di bawah dasar laut sehingga warga dapat merasakan guncangan gempa yang kuat.
Di sejumlah wilayah yang terdampak, puluhan ribu orang telah diungsikan ke tempat-tempat yang lebih aman. Siaran televisi Cile menayangkan kemacetan lalu lintas terjadi di wilayah terdampak karena kepanikan masyarakat untuk menyelamatkan diri.
Getaran gempa juga mengguncang gedung-gedung bertingkat di Peru dan di ibu kota Bolivia, La Paz, yang berjarak sekitar 470 km dari Iquique.
Setidaknya delapan gempa susulan terjadi dalam beberapa jam setelah gempa pertama, dengan kekuatan 6,2 skala Richter.
Jumlah total WNI yang tinggal dan bekerja di Cile mencapai 23 orang.
Beruntung, tak satu pun WNI yang menjadi korban gempa Cile berkekuatan 8,2 SR yang tsunaminya mencapai Indonesia.
"Sejauh ini belum ada informasi WNI menjadi korban gempa di Chile," kata juru bicara Kemenlu RI Michele Tene di Jakarta, Rabu (2/4).
Meski demikian, KBRI di Cile terus menghubungi 23 WNI yang berada di Cile, baik di kawasan rawan maupun kawasan aman.
Penjelasan senada disampaikan pejabat Konsuler di KBRI Santiago, Heru Purwanto. Menurutnya, tidak ada WNI yang menjadi korban gempa. "Ada 23 WNI di Cile namun tidak ada yang menjadi korban," ujar Heru Purwanto.
Menurut Heru, sebagian besar WNI tinggal dan bekerja di Zona Franca, yakni daerah bebas perdagangan di Iquique. Daerah itu, ujar Heru, justru dekat dengan lokasi titik gempa yang berada di utara Cile.
"Zona Franca itu berada di dekat pantai. Tapi mereka semua dalam keadaan aman, karena telah mengungsi ke tempat yang lebih tinggi," kata Heru.