Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketika Pria Hidung Belang dan PSK Dolly Panik Dirazia

Suara musik yang masih mengalun keras tak lagi bisa mereka nikmati

zoom-in Ketika Pria Hidung Belang dan PSK Dolly Panik Dirazia
Surya/Miftah Faridl
Aksi penolakan warga di kawasan lokalisasi Dolly atas razia yang dilakukan Pemkot Surabaya, Sabtu (26/4/2014). Situasi sempat mencekam, warga memblokade akses keluar masuk gang Dolly untuk mencegah aparat masuk. 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Suara sirene berbunyi sambung-menyambung. Dimulai dari sebuah wisma, raungan sirene itu dengan cepat menjalar ke wisma-wisma lain di Lokalisasi Dolly. Raungan kemudian bersambung ke deretan wisma Jalan Jarak, lokalisasi yang masih satu kompleks dengan Dolly

Suasana happy-happy malam minggu (26/4/2014) lalu itu di kompleks prostitusi yang paling tersohor di Surabaya langsung berubah. Raungan sirene yang  muncul dimana-mana membuat penghuni dan pengunjung tegang.

Suara musik yang masih mengalun keras tak lagi bisa mereka nikmati. Sirene itu seakan mengajak mereka bersiap-siap karena bahaya sudah dekat.

Ada sekitar 10 sirene yang terpasang di halaman wisma-wisma di Dolly. Jumlah sirene lebih banyak terpasang di lokalisasi Jarak, yang tempatnya hanya dipisah jalan.

“Sirene ini seperti kentongan kalau di desa. Suaranya adalah tanda peringatan bahaya,”  kata Iwan, warga setempat.
Bahaya yang dimaksud Iwan ternyata adalah rencana kedatangan ratusan petugas yang akan merazia Dolly dan Jarak.

Mereka gabungan dari Satpol PP Pemkot Surabbaya, kepolisian dan TNI menggelar apel persiapan razia. Kedatangan pasukan ini menjadi momok. Lebih-lebih sejak Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini dan Gubernur Jatim Soekarwo memutuskan untuk menutup kawasan esek-esek itu. Keduanya menetapkan 19 Juni 2014 sebagai hari eksekusi. Itu berarti 49 hari lagi ribuan penjaja seks komersial (PSK) harus out dari kompleks yang dirintis nonik Belanda Dolly van Dermart itu.

Ide pemasangan sirene itu  muncul seiring mencuatnya isu penutupan lokalisasi Dolly-Jarak. Langkah itu merupakan bagian dari protes sekaligus perlawanan kelompok penentang penutupan Dolly-Jarak. Sebaliknya, bagi warga yang pro-penutupan, justru berharap petugas tidak takut. Mereka harus jalan terus untuk menutup bisnis yang mereka nilai bertentangan dengan moral itu.

Berita Rekomendasi

Begitu sirene terdengar, warga penentang penutupan dan pekerja wisma semburat keluar. Mereka bergerombol di beberapa titik jalan. Bak dikomando, mereka kemudian membentuk barikade. Menutup akses keluar masuk Gang Dolly. Mereka juga melintangkan bangku-bangku panjang menutup jalan.

Para tamu wisma tak kalah tegang. Mereka ikut semburat keluar. Banyak dari pengunjung yang telanjur memesan PSK keluar dengan wajah kecut. Tiga orang warga negara India termasuk di antaranya. Maklum, ketiganya baru saja mendapatkan perempuan yang cocok.

Beberapa laki-laki mencoba bertahan dalam wisma didampingi perempuan pilihan. Tapi, tak lama kemudian mereka pun ikut keluar. Mereka keder karena tak lama setelah sirene berbunyi, lampu-lampu dalam wisma dimatikan. Para pekerja wisma pun kemudian sibuk mengungsikan para PSK.

Sekitar 15 menit setelah sirene berbunyi, datang tiga mobil milik petugas gabungan. Lampu led menyala di sebuah kendaraan mini bus yang ditumpangi anggota Polsek Sawahan. Mengikuti di belakangnya,  mobil patroli milik Linmas Pemkot Surabaya, satu mobil minibus, dan yang terakhir mobil bak terbuka yang dimodifikasi menjadi kendaraan patroli.

Ratusan warga sudah siaga di depan akses masuk utama Gang Dolly. Mereka membentuk barikade dengan membuat rantai manusia. Tangan mereka tersambung satu sama lain. Setidaknya ada empat lapis barisan manusia yang menutup jalan masuk Gang Dolly.

Barikade itu membuat petugas membatalkan razia. Mereka hanya melintas di jalan besar. Tidak masuk ke Gang Dolly maupun Jarak. Petugas khawatir terjadi chaos jika razia diteruskan.

Budi, seorang warga lokalisasi menceritakan, sejak siang kabar akan adanya razia besar-besar sudah merebak. Kabar semakin santer begitu beranjak malam.

Malam itu Budi berkali-kali mendapatkan kabar dari temannya seputar pergerakan petugas gabungan. Mulai dari saat petugas menggelar apel di lapangan hingga pergerakan iring-iringan kendaraan menuju Dolly.

Sesekali dia meninggalkan tempat duduknya untuk menjawab telepon agar tidak terganggu suara ramai di kawasan itu. Di sekeliling Budi, ratusan pemuda juga memadati gang itu. Mereka bersiap jika sewaktu-waktu pasukan gabungan itu bergerak ke wilayah mereka. Sirene menjadi pertanda petugas sudah mendekat.

Sekitar pukul  24.00 WIB, rombongan petugas kembali datang. Kali ini bukan polisi dan Satpol PP yang maju. Sekitar 20-an anggota TNI dari Garnisun Tetap (Gartap) III Surabaya merangsek menembus barikade warga. Petugas meyakinkan warga kalau razia yang dilakukan dikhususkan untuk anggota TNI.  Razia ini pun hanya berlangsung 10 menit.  Anggota Garnisun tidak menyisir semua wisma. Tidak ada anggota TNI yang mereka temukan. (Miftah Faridl/Eben Haezer Panca)


Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas