Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

YLBKI Sambut Baik SNI Mainan

Yayasan Lembaga Bantuan Konsumen Indonesia (YLBKI) menyambut baik adanya Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk mainan.

Editor: Budi Prasetyo
zoom-in YLBKI Sambut Baik SNI Mainan
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Dua orang anak asyik menyusun potongan gambar binatang dibimbing seorang guru di stan Taman Kanak-Kanak dan Play Group Darul Hikam Bandung pada Baby & Kids Expo 2013 di Graha Manggala Siliwangi, Jalan Aceh, Kota Bandung, Minggu (17/3/2013). Pameran yang diikuti sekitar 80 peserta itu menawarkan kebutuhan anak seperti makanan dan susu, permainan anak, pakaian bayi dan anak, lembaga pendidikan, modul belajar anak usia dini dan sekolah unggulan. (TRIBUN JABAR/Gani Kurniawan) 

TRIBUNNEWS.COM.BANDUNG, - Yayasan Lembaga Bantuan Konsumen Indonesia (YLBKI) menyambut baik adanya Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk mainan.   Pasalnya, tidak semua lapisan masyarakat mengetahui seluk-beluk keamanan mainan sehingga proteksi harus didahului oleh pemerintah.

"Sebagai lembaga yang senantiasa memperjuangkan kepentingan konsumen, tentu kami menyambut baik upaya SNI untuk mainan ini. Jangankan anak-anak, kita saja yang dewasa belum tentu bisa membedakan mainan mana yang berbahaya," ujar Ketua YLBKI, Yayan Sutarna, saat ditemui di kantornya di Jalan Gatot Subroto, Bandung, Senin (5/5/2014).

Yayan mengatakan proteksi dini memang perlu dilakukan oleh pemerintah, salah satunya dengan SNI. Produk mainan impor pun perlu perhatian lebih.
"Dalam praktiknya, kalau terjadi masalah, ujung-ujungnya pengaduannya ke lembaga konsumen. Akhirnya, pemerintah juga yang harus tanggung jawab," katanya.

Sosialisasi mengenai SNI mainan, kata Yayan, dilakukan tidak hanya kepada produsen dan pedagang, tetapi konsumen pun harus punya tingkat pengetahuan yang sama. Pihak-pihak yang menurutnya strategis untuk mendapat sosialisasi adalah orang tua dan sekolah, yang berinteraksi langsung dengan anak-anak.

"Produsen mungkin ada saja yang tidak menghiraukan (SNI). Yang penting laku. Tapi yang menerima akibat langsung itu kan konsumen. Memang kita beharap bahwa si produsen, distributor, dan sebagainya itu jujur. Tapi tidak cukup begitu. Konsumen harus kritis," tutur Yayan.
Yayan melihat perilaku konsumen terhadap mainan belum terlalu peduli dengan masalah kesehatan dan keamanan. Saat membeli mainan, kata dia, kebanyakan konsumen mementingkan faktor harga dan mainan tersebut bisa digunakan sehingga proteksi memang harus datang dari pemerintah. Kalau terkait produk yang habis dikonsumsi, seperti makanan dan minuman, perhatian konsumen lebih besar.

Selain SNI, klasifikasi umur pada produk mainan juga penting. Misalnya, ada jenis mainan tertentu yang baru bisa dimainkan oleh anak berumur di atas lima tahun atau lebih. "Tidak boleh semua tingkat usia mempergunakan satu jenis mainan. Harus ada batasnya. Mungkin di usia sekian sudah ada pemahaman, kemudian ada efek samping bahaya dan sebagainya," ujarnya.

Mengenai pengaduan, Yayan mengatakan saat ini belum ada pengaduan konsumen ke YLBKI terkait dengan mainan. Kebanyakan pengaduan masih seputar makanan, minuman, dan kosmetik. Ia mengatakan YLBKI akan melakukan penelitian mengenai keamanan mainan bagi anak. (feb)

Berita Rekomendasi
Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas