58 Ormas Islam Dukung Risma Tutup Lokalisasi Dolly
Wali Kota Tri Rismaharini, mendapat dukungan 58 organisasi massa Islam yang tergabung dalam GUIB untuk menutup lokalisasi Dolly.
![58 Ormas Islam Dukung Risma Tutup Lokalisasi Dolly](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20140514_152651_psk-penghuni-dolly.jpg)
Laporan Wartawan Surya Ahmad Amru Muiz
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Wali Kota Tri Rismaharini, mendapat dukungan 58 organisasi massa Islam yang tergabung dalam Gerakan Umat Islam Bersatu( GUIB) untuk menutup lokalisasi Dolly.
Risma sendiri berharap, dukungan dari puluhan ormas Islam itu bisa menjadi modal untuk meredam gejolak dan bentrok fisik yang bakal terjadi kalau Lokalisasi Doly resmi ditutup.
"Kita tadi katakan, untuk tidak bertindak sendiri-sendiri terlalu jauh pada perwakilan GUIB. Biarlah kita yang maju di depan dalam penutupan Dolly," kata Tri Rismaharini, Rabu (14/5/2014).
Risma menjelaskan, dalam penutupan lokalisasi Dolly pihaknya tidak berbicara benar dan salah. Melainkan berbicara dan pikirkan soal perlindungan pada anak-anak dan warga Surabaya di lokalisasi Dolly. Ini dikarenakan persoalan PSK Dolly bagi Pemkot Surabaya sudah selesai.
"Jadi soal warga di lokalisasi Dolly ini yang belum selesai hingga sekarang ini," ucap Risma.
Memang, diakui Risma, Pemkot Surabaya sebetulnya sudah melakukan proses menuju ke penutupan lokalisasi Dolly sejak tahun 2010 lalu dan bukan dalam setahun belakangan ini. Pola yang digunakan, yakni mendekati satu per satu warga di lokalisasi Dolly.
Warga dalam satu keluarga ditemui dan ditanya apa keinginanya. Disitu antar warga memiliki keinginan yang berbeda-beda. Ada yang menginginkan anaknya menjadi anggota Linmas atau Satpol PP dan itu bisa diakomodasi Pemkot Surabaya.
Sedangkan untuk warga yang ingin membuka toko diberikan bantuan modal usaha, dan ada keluarga yang menginginkan membuka usaha laundry sehingga diberikan bantuan mesin cuci.
"Pola pendekatan semacam itu masih terus dilakukan dalam rangka penutupan Dolly sekarang ini. Dan intensitasnya saat ini ditingkatkan sehingga dalam dua bulan ini bisa tuntas," tandas Risma.
Mengenai tuntutan warga Lokalisasi Dolly untuk bertemu beramai-ramai dalam sebuah rapat di balai RW misalnya, menurut Risma, itu tidak efektif sama sekali. Dan diyakini pertemuan semacam itu bisa dipastikan hasilnya gagal.
"Itulah mengapa kita tidak pernah menggelar pertemuan beramai-ramai dengan penghuni lokalisasi Dolly karena hasilnya pasti kegagalan. Kita lebih mengedepankan pendekatan personal dalam penutupan Dolly," tutur Risma.