Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Korban Lumpur Lapindo Kampanye Hingga Australia dan Eropa

Sebagai manusia saya bisa bantu apa melihat keadaaan ini?Sebagai seniman, saya yakin bahwa berkesenian,juga mengandung unsur kepedulian dan kritik

zoom-in Korban Lumpur Lapindo Kampanye Hingga Australia dan Eropa
surya/eben haezer panca
Warga menyaksikan seni instalasi patung di sekitar pusat semburan lumpur Lapindo, Desa Siring, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Kamis (29/5/2014). Pemasangan patung-patung tersebut untuk memperingati sewindu semburan lumpur Lapindo. 

TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Karya pertama dipamerkannya di Tugu Proklamasi Jakarta tahun 2008 silam.

Kala itu, sekitar 500 orang yang terdiri atas korban lumpur dan para relawan berkumpul di Tugu Proklamasi. Ratusan orang itu rela dilumuri lumpur Lapindo.

Selama beberapa menit, patung dari manusia itu dipamerkan. Banyaknya jumlahnya manusia yang terlibat di dalam karya Dadang, mengundang simpati berbagai kalangan.

Setelah itu, secara rutin Dadang membawakan karya Survivor melalang ke penjuru Australia.

Isu lingkungan dan kehidupan dibawanya. Selama dua tahun dia berjuang melalui seni patung untuk menyuarakan penderitaan warga korban lumpur Lapindo.

Sambutan penonton terhadap karyanya sangat baik. Dari karyanya itu, banyak warga Australia terbelalak melihat tragedi lumpur Lapiondo.

Mereka tidak menyangka ada semburan lumpur yang membuat ribuan orang terusir dari tempat tinggalnya.

Isu kerusakan lingkungan juga diangkat Dadang. Pasalnya, di beberapa kota yang disinggahinya, terdapat pula upaya pengeboran minyak dan gas yang mengancam lingkungan.

Mereka pun akhirnya semakin yakin menolak pengeboran ketika melihat kenyataan di Sidoarjo.

“Sebagai manusia saya bisa bantu apa melihat keadaaan ini? Sebagai seniman, saya yakin bahwa berkesenian itu juga mengandung unsur kepedulian dan kritik sosial. Itu yang saya suarakan melalu kesenian,” ujar bapak dua anak itu.

Setelah malang melintang memerkan karya patung berbahan manusia, cita-cita Dadang terjawab.

Dia bisa membuat ratusan patung yang benar-benar patung. Lokasinya juga bukan di Jakarta atau Australia.

Sejak awal, Dadang bermimipi bisa berkarya langsung di area lumpur Lapindo.

Ide itu datang tiba-tiba. Bersama jaringan seniman yang dikenalnya, Dadang diberi kesempatan memamerkan karyanya pada peringatan delapan tahun semburan lumpur Lapindo.

Kali ini, karya Dadang benar-benar patung. Dia melibatkan puluhan warga korban lumpur untuk membantunya membuat patung.

Sebelumnya Dadang membuat empat cetakan patung di studio seninya di Yogyakarta.

Cetakan itu lalu dikirim melalui jalur darat ke Sidoarjo. Butuh waktu empat bulan untuk membuat ratusan patung.

Ratusan sak semen didatangkan sebagai bahan utama adonan patung.

Dadang berpikir sederhana untuk karyanya yang satu ini. Dia berusaha mendatangkan banyak pengunjung saat puncak acara peringatan tragedi lumpur Lapindo.

”Saya ingin tukang ojek, parkir, parkir dan penjual DVD di sini bisa ramai pengunjung agar mereka mendapat penghasilan,” ujarnya.

Bagi Dadang, bisa menghadirkan karya di tengah warga korban lumpur secara langsung menjadi kado ulang tahunnya yang ke 57. Dadang lahir di Tegal pada 12 Mei 1957.

Memperingati hari kelahiran di tengah warga menjadi hadiah yang tidak bisa dilupakannya.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas