Stop Lumpur Lapindo, Presiden Baru Diharap Mau Pakai Teori Bernoulli
"Jika sampai terjadi 'subsidence' akan fatal karena mengancam korban jiwa warga setempat," tambah Dosen ITS Surabaya ini.
TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Pencetus dan pemilik hak teori Bernoulli, Ir Jaya Laksana, masih yakin teorinya masih relevan untuk menghentikan semburan Lumpur Panas Lapindo di Sidoarjo.
Dia berharap, presiden pengganti Susilo Bambang Yudhoyono mau menggunakan teori Bernoulli untuk menghentikan semburan lumpur panas.
"Saya harap, siapa pun yang menang baik itu Pak Jokowi atau Pak Prabowo mau memercayakan teori Bernoulli untuk menghentikan lumpur Lapindo," kata dia, Jumat (30/5/2014).
Menurut Jaya, luberan lumpur dinilainya semakin mengkhawatirkan.
Bertambahnya volume endapan lumpur di tanggul setinggi 18 meter itu suatu saat akan menimbulkan penurunan tanah secara mendadak.
"Jika sampai terjadi 'subsidence' akan fatal karena mengancam korban jiwa warga setempat," tambah Dosen ITS Surabaya ini.
Konsep ini juga meminimalisasi potensi subsiden karena bendungan yang dibangun akan kembali mengalirkan lumpur ke dalam tanah, dan menutup rongga tanah yang kosong.
Prinsip teori Bernoulli dipercaya mampu menghentikan lumpur panas.
Caranya dengan membuat bendungan melebihi total head (ketinggian maksimal) semburan yang dibuat melingkari pusat semburan. Dengan mengetahui total head semburan, maka semburan dapat dikendalikan dan dihentikan saat itu juga.
Catatan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), volume semburan pada enam tahun terakhir, masih pada kisaran 30-60 ribu meter kubik per hari.
Volume tersebut turun karena pada dua tahun pertama sejak 2006, sempat mencapai 100 ribu meter kubik per hari.
Kata Deputi Operasional BPLS Moch Sofyan Hadi kemarin, secara geologi, tidak ada yang dapat memastikan kapan semburan akan berhenti.
Para peneliti hanya bisa mencatat kapan semburan membesar dan mengecil.