Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ipin Raih Piala Kalpataru, Menggali Kembali Mata Air yang Tertimbun Lumpur

ANUGERAH Kalpataru yang diberikan Presiden beberapa hari lalu telah tersimpan di lemari rumah Ipin

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Ipin Raih Piala Kalpataru, Menggali Kembali Mata Air yang Tertimbun Lumpur
Net

Laporan Wartawan Tribun Jabar, M Syarif Abdussalam

TRIBUNNEWS.COM -- ANUGERAH Kalpataru yang diberikan Presiden beberapa hari lalu telah tersimpan di lemari rumah Ipin. Penghargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup dari Presiden itu tidak lantas membuat Ipin puas dalam melestarikan lingkungannya.

Ipin berpikir masih banyak yang harus dikerjakan untuk mengembalikan keasrian dan memaksimalkan manfaat alam di kawasan Gunung Papandayan bagi warga dan alam. Setelah menanami puluhan hektare hutan, kesibukan Ipin kali ini adalah mengeruk sumber air Danau (Situ) Ciseupan.

Terletak di dekat rumahnya di Kampung Pasir Sereh, Desa Sirnajaya, Kecamatan Cisurupan, Situ Ciseupan kembali tergenang air setelah sempat mengering akibat berubahnya kondisi alam sekitarnya. Namun, jumlah air di situ tersebut dirasa masih kurang jika dibandingkan dengan kondisi Situ Ciseupan saat Ipin masih kecil.

Tidak hanya karena Ipin menanami lahan di sekitar danau itu dengan ribuan pohon, Situ Ciseupan kembali tergenang karena Ipin menyalurkan air menggunakan pipa sepanjang tiga kilometer dari sumber air di kawasan Dayeuh Luhur. Namun, Ipin merasa hal tersebut belum cukup untuk mengembalikan kondisi alam di Gunung Papandayan ini.

Menggunakan cangkul dan ember, Ipin menggali sumber air di ujung danau yang terkubur lumpur sedalam sekitar dua meter. Kawasan yang digalinya memiliki diameter sekitar 15 meter. Baru tergali sepertiganya, beberapa titik pada kawasan penggalian itu sudah memancarkan air walau dalam jumlah sedikit.

Ipin sering menggali mata air ini sendirian. Tingginya lumpur yang menutupi mata air ini sempat menenggelamkan Ipin sampai bagian dadanya. Beruntung, Ipin yang terjebak di lumpur ini dapat menyelamatkan diri, mengangkat tubuhnya dengan berpegangan pada batang bambu.

"Coba lihat. Airnya menyembur dari lumpur. Sudah meletup-letup. Ini sudah sedikit lagi. Kalau sudah begini, saya suka tidak mau pulang ke rumah, maunya terus menggali mata airnya," kata Ipin, yang sangat tersemangati oleh munculnya sumber air baru di ujung danau saat dia menggalinya.

Dalam melakukan penggalian mata air ini, Ipin sering dibilang gila atau tidak ada kerjaan oleh warga sekitarnya. Sejumlah warga menganggap Ipin tidak mungkin bisa mengembalikan mata air yang sudah tertimbun lumpur setinggi lebih dari dua meter tersebut.
"Kalau nanti mata air ini sudah mengalirkan air dalam jumlah besar, warga akan berhenti menertawakan saya. Kalau Situ Ciseupan dapat kembali memiliki air berlimpah, kita dapat mengalirkannya ke situ buatan lainnya, bisa ada 20 situ lagi di sini," kata lelaki berusia 52 tahun itu.

Selama ini, Ipin menggali mata air Situ Ciseupan sendirian, atau dibantu warga yang diupahinya. Ipin tidak pernah mengajukan bantuan kepada pemerintah. Namun, karena telah mendapat Anugerah Kalpataru, Ipin berharap pemerintah dapat membantunya mengeruk mata air tersebut.

"Artinya, pemerintah sudah memberikan penilaian terhadap apa yang saya kerjakan secara mandiri melalui penghargaan itu. Silakan, pemerintah mengeruk situ itu menggunakan alat berat supaya manfaatnya dirasakan warga untuk mengairi kebun atau membuat kolam ikan. Jangan kasih uangnya ke saya," katanya.

Jika sudah jadi danau yang cukup besar, katanya, Ipin berencana membuat arboretum atau kawasan terbuka hijau di sekitar danau. Kawasan ini akan ditanami semua jenis tumbuhan yang tumbuh di Gunung Papandayan sehingga kawasan ini dapat dijadikan kawasan ekowisata atau tempat wisata alam. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas