Ryan Bermimpi Jadi Pemain Persebaya yang Hebat
“Saya sudah telanjur seperti ini. Pokoknya harus jadi pemain,” imbuhnya.
TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA -Ryan Rizaldi ingin menjaid pemain besar alumni Persebaya.
Setiap hari, pagi dan sore, remaja ini menghabiskan waktu untuk berlatih sepak bola.
Berkostum hijau-hijau, warna khas tim Persebaya, mimpinya tak berubah, yakni menjadi pemain Persebaya.
Kerja kerasnya seolah menepis segala ketidakpastian yang mendera tim impiannya itu.
Berada di sektor kiri lapangan Karanggayam, remaja bertubuh kurus itu berteriak, "Umpan.. Umpan!".
Begitu diumpankan ke kakinya, bola langsung digiringnya mendekati gawang.
Utak atik sebentar, bola lantas kembali dilayangkan ke tengah, tepat di bibir gawang. Sayang, umpan manis itu tidak bisa berbuah gol.
Ryan Rizaldi Kohonussa, nama remaja itu, kembali berlari membantu pertahanan timnya yang ganti diserang.
Matahari bersinar terik meski hari sudah sore. Keringat pun membasahi sekujur tubuh Ryan. Namun dia terus bergerak.
“Semangat. Serius maine, Rek!” teriaknya lagi. Meski latihan, Ryan tetap serius.
Usai peluit babak pertama, Surya mendekati Ryan untuk meminta waktu wawancara.
Ryan antusias mempersilakan Surya duduk di pinggir lapangan. Ryan menyapa Surya sembari mengatur napas.
Pemain kelahiran Surabaya 4 Juli 1997 itu bercerita, menjadi pemain sepak bola profesional adalah tujuan ia berlatih dan Persebaya menjadi cita-citanya.
Persebaya-lah yang menjadi alasan Ryan mencintai permainan mengolah si kulit bundar.
Sejak usia 6 tahun, Ryan merajut mimpi. Awalnya, dia digembleng di klub internal Assyabab.
Di klub milik tokoh sepak bola Surabaya, Moh Barmen itu, skill dan kemampuan Ryan dipoles. Baru setahun lalu dia memilih hengkang ke klub internal lain, TEO.
Alasannya, Assyabab memilih vakum dari kompetisi klub internal di Surabaya.
Dia meninggalkan tim yang sudah membesarkan namanya itu karena ingin terus bermain.
Tanpa jam bermain, cita-citanya menjadi pemain sepak bola profesional bakal tersendat.
Di singgung akan ke mana nanti setelah ‘lulus’ dari tim amatir, Ryan yang tahun ini lulus SMA sejenak diam. Dia lalu melepas senyum sembari menerawang langit.
“Saya bingung. Mimpi saya selalu bermain di Persebaya. Setahu saya, tim ini ada di Karanggayam,” tuturnya.
Anak sulung dari dua bersaudara itu sempat drop lantaran tim yang diimpikannya tak kunjung bisa menuntaskan konflik.
Meski ada Persebaya yang berlaga di Indonesia Super League (ISL), Ryan enggan memikirkan peluang memperkuat tim yang bermarkas di Menanggal.
“Andik (Andik Vermansyah) saja tidak mau dan memilih hengkang (ke Malaysia),” katanya.
Tetapi dia buru-buru mengatakan memasrahkan masa depannya saat ini kepada bapak asuhnya di tim, Hendrick Peter.
“Saya sudah telanjur seperti ini. Pokoknya harus jadi pemain,” imbuhnya. (idl)