Sudah Tak Laku, PSK Dolly Ambil Uang Kompensasi
"Sudah tutup sejak 2013 lalu. Akan dibuat usaha kembangkan karaoke yang juga ada di Jalan Jarak," kata Karno.
TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA- Ternyata tidak semua Pekerja Seks Komersial (PSK) di Lokalisasi Dolly, Surabaya menerima uang kompensasi sebesar Rp 3 juta - Rp 5 juta.
Supriatin, seorang pekerja seks komersial (PSK) asal Banyuwangi, yang hendak mengambil uang kompensasi penutupan lokalisasi prostitusi Dolly dan Jarak di Kantor Koramil Sawahan, ditolak petugas Dinas Sosial Kota Kota Surabaya.
Penyebabnya adalah nama Supriatin yang selama ini menjual diri di kompleks pelacuran itu tak terdaftar di dalam data Dinas Sosial Kota Surabaya.
Tanpa memberikan komentar kepada para wartawan yang mendekatinya, Supriatin dan seorang mucikarinya langsung pergi meninggalkan kantor Koramil.
Dia menolak untuk diwawancarai.
Kisah berbeda dialami Karno, pemilik Wisma Kampret di Jarak, yang langsung mendapatkan uang kompensasi senilai Rp 5 juta.
Menurut Karno, di Wisma Kampret tidak ada intimidasi.
"Sudah tutup sejak 2013 lalu. Akan dibuat usaha kembangkan karaoke yang juga ada di Jalan Jarak," kata Karno.
Karno tinggal di Jalan Jarak RW 3 RT 5. Awalnya, Karno memiliki dua wisma. Saat ini, satu wisma sudah diganti menjadi tempat karaoke.
"Satu wisma sudah saya lepas. Uang kompensasi ini buat mengembangkan karaoke," tuturnya.
Tak Laku
Sebelumnya, seorang PSK berinisial SPN (36) yang bekerja di Jarak memilih mengambil uang kompensasi itu.
Dia merasa sudah tak laku saat menjual diri sebagai PSK.
Perempuan itu lantas datang ke Kantor Koramil bersama seorang mucikari dan seorang rekan PSK sewisma.
Saat ditanya salah satu petugas Dinas Sosial Kota Surabaya, akan dipakai untuk apa uang kompensasi tersebut, SPN mengaku akan memakainya untuk pulang ke Tuban.
"Pulang kampung," ujarnya singkat.
Lantas, ketika ditanya Kompas.com kenapa SPN menerima uang itu, dia mengaku sudah tak laku karena sudah tua.
"Karena saya sudah berusia tua. Sudah tak laris lagi. Para tamu cari yang masih muda. Mending pulang kampung saja," kata dia.
Di kampung halamannya, SPN masih bingung akan bekerja apa.
"Mungkin cari suami dulu di kampung. Baru mikir kerja. Jika masih ada yang mau sama saya," kata SPN.