Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sus Dolly Bukan Perempuan Keturunan Belanda

Menurut Handoyo, mmami atau mucikari di kawasan Putat Jaya, Surabaya adalah Mami Tan. Tante Dolly hanyalah pemilik rumah yang disewa Mami Tan.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Sus Dolly Bukan Perempuan Keturunan Belanda
Surya/AHMAD ZAIMUL HAQ
Ribuan Ormas Islam mengelar aksi di depan gedung Grahadi Jl. Gubernur Suryo, Surabaya. Rabu (18/6/2014). Aksi dari ribuan ormas ini mendukung penutupan lokalisasi prostitusi Jarak-Dolly di Surabaya, juga semua tempat-tempat maksiat lainnya. (SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ) 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Dolly selama ini disebut-sebut sebagai perempuan keturunan Belanda, lengkapnya Dolly vander Mart. Fakta lain menyebutkan bahwa Dolly adalah orang asli Indonesia. Ia memiliki nama lengkap Dolores Anusion Chavid.

Cerita itu keluar dari Handoyo, adik Dolly. Pria kelahiran Surabaya 1936 ini bersama keluarganya menutup diri setelah nama kakak perempuan tercintanya diabadikan sebagai tempat prostitusi yang konon terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Ia menepis kabar yang beredar selama ini bahwa Dolly adalah seorang mantan pekerja seks komersial, yang kemudian naik status menjadi mucikari Gang Dolly. Handoyo meluruskan sejarah yang menurutnya selama ini keliru.

Menurutnya, yang menjadi mami atau mucikari di kawasan Putat Jaya, Surabaya adalah Mami Tan. Tante Dolly hanyalah pemilik rumah yang disewa Mami Tan. Di tengah keluarga, Dolly adalah nama panggilan kakak perempuan yang sangat Handoyo cintai.

"Coba anda rasakan apa yang kami rasakan. Kakak saya dikatakan mantan PSK dan mucikari. Bertahun-tahun kakak saya menderita, karena sebutan nama lokalisasi itu. Dia sampai menangis. Curhatnya hanya ke saya, karena saya adik kesayangannya," kenang Handoyo kepada Surya, Rabu (18/6/2014).

Menurutnya, Dolly yang kebetulan memiliki darah Filipina lahir di Surabaya 15 September 1929 dan wafat pada 7 Januari 1992. Sebulan terakhir, saat isu penutupan Dolly meningkat, Handoyo rajin mengikuti berita dari media cetak dan televisi.

Dia mengaku mendukung penutupan yang diinisiasi Pemerintah Kota Surabaya, bersama Pemerintah Daerah Jawa Timur. Bahkan Kementerian Sosial pun ikut memberikan dukungan kepada aksi Wali Kota Surabaya Tri Rismahirini.

Tante Dolly bukan kepalang sampai sakit karena merasa menyesal namanya kesohor sebagai nama lokalisasi. Padahal ia hanya menyewakan kamar di kawasan itu. Sedangkan yang membina para PSK adalah Mami Tan.

"Saya sedih, karena saya yakin dia menderita di alam baka. Bayangkan setiap hari orang selalu menyebut namanya sebagai nama lokalisasi. Kalau orang ngomong yang baik-baik mungkin bisa menjadi doa dia di alam baka. Tetapi, ini kan buruk,” sesal Handoyo.

Pihak keluarga memakamkannya di kompleks pemakaman Nasrani di Sukun, Kota Malang. "Mudah-mudahan, sekarang arwah kakak (Dolly) bisa tenang," sambung Handoyo yang mendukung penutupan Dolly selamanya.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas