Bupati Garut akan Jemput 13 Korban yang Terdampar di Pulau Selayar Sulsel
Bupati Garut Rudy Gunawan akan melakukan penjemputan terhadap 13 warga Garut yang diduga telantar di Pulau Selayar di Sulawesi Selatan.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWSA.COM, GARUT - Bupati Garut Rudy Gunawan akan melakukan penjemputan terhadap 13 warga Garut yang diduga telantar di Pulau Selayar di Sulawesi Selatan. Bupati pun akan melacak kemungkinan terdapatnya warga Garut lain yang telantar.
"Keluarga korban mendatangi saya dan menceritakan apa yang terjadi. Kami akan berkoordinasi dengan Polres Garut. Kita cek ke perusahaannya di Jakarta juga. Terus kita jemput para korban di Pulau Selayar. Ini masalah kemanusiaan," kata Bupati, Selasa (8/7) malam.
Setelah ditelusuri, katanya, PT Bandar Nelayan melakukan perekrutan ilegal terhadap warga Garut tanpa mendapat rekomendasi dari Dinas Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Garut. Karenanya, Bupati akan meminta pertanggungjawaban perusahaan tersebut.
"Pemda Garut akan kirim tim ke Selayar kemudian memulangkan mereka segera segera. Kami ingin teliti juga, apakan ada warga Garut lain yang telantar," katanya.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 13 warga Kabupaten Garut diduga telantar di Pulau Selayar, Sulawesi Selatan, sejak sepekan lalu. Mereka yang awalnya dijanjikan pekerjaan menangkap cumi di laut ini terpaksa kelaparan dan minum air laut di atas perahu tanpa atap.
Mira (25), warga Jalan Ciwalen Karamba, Kelurahan Ciwalen, Kecamatan Garutkota, mengatakan kedua adiknya, yakni Yoga Selamet (19) dan Yogi Firdaus (21), awalnya pergi untuk bekerja di kawasan Pluit di Jakarta, 20 Juni 2014. Mereka sebelumnya dijanjikan bekerja sebagai penangkap cumi di PT Bandar Nelayan.
Kedua adiknya ini, kata Mira, direkrut dengan hanya memperlihatkan KTP atau Kartu Jamkesmas. Kemudian, mereka dipekerjakan di Jakarta dalam sebuah kapal besar dengan sarana memadai, termasuk dijanjikan gaji Rp 750 ribu per bulan ditambah tunjangan Rp 50 ribu per hari.
Pertamanya, sembilan pemuda, termasuk Yoga dan Yogi, direkrut dan diberangkatkan ke Jakarta. Pada 22 Juni 2014, perusahaan tersebut kembali merekrut 3 warga Kelurahan Ciwalen dan 1 warga Kelurahan Kotakulon. Akhirnya, terdapat 13 warga Garut yang dipekerjakan sebagai penangkap cumi tersebut.
"Mereka menceritakan itu lewat telpon. Katanya sangat memuaskan tetapi mereka belum bekerja dan belum tahu apa yang akan dikerjakan. Akhirnya, mereka meminta saya bertanya pada perusahaan mau dipekerjakan apa. Ketika saya tanya, saya malah dibentak perusahaannya," kata Mira saat ditemui di Kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Garut, Senin (7/7).
Tuturnya, dia kehilangan kontak dengan kedua adiknya selama empat hari. Baru pada Rabu (2/7), adiknya menelpon Mira bahwa mereka dalam keadaan memprihatinkan untuk bertahan hidup.
Kata adiknya kepada Mira, 13 warga Garut tersebut terlantar di Pulau Selayar, Sulawesi Selatan. Mereka tinggal di atas perahu tanpa atap, tanpa makanan layak, dan air bersih. Karenanya, mereka mengalami kelaparan dan terpaksa minum air laut. Mereka pun kepanasan tanpa tahu apa yang harus dikerjakan.
Kata Mira, sebelumnya mereka mendapat perlakuan baik di kapal besar. Setelahnya, 13 orang tersebut dipindahkan ke kapal kecil menuju Merauke di Papua, kemudian dipindahkan ke kapal yang lebih kecil lagi. Akhirnya, mereka pun tinggal di atas perahu kecil tanpa pekerjaan yang jelas dan tanpa tempat tinggal.
"Kata adik saya, ini masalah hidup dan mati. Meminta maaf, supaya mereka segera dipulangkan ke Garut. Kabar terakhir, perahu mereka bocor dan akhirnya tinggal di tempat yang bau bangkai. Tadinya mereka mau dipecah lagi, tetapi 13 orang Garut ini menolak dipisahkan," katanya.
Hal serupa dikatakan Ulfah (22), tetangga Mira yang bernasib sama. Suaminya, Indra Rianto (25), pergi bersama kelompok tersebut untuk menjadi penangkap cumi. Namun kabar terakhir yang didapat, Indra tinggal di tempat yang bau bangkai.
"Kami hanya berharap mereka segera dipulangkan. Setelah melaporkan hal ini ke Polres Garut, kami segera ke Jakarta mendatangi alamat perusahaan itu. Kami pikir ini sudah menjadi kasus perdagangan manusia dan penelantaran. Diperkirakan, ada lebih banyak korban," katanya. (sam)