Kreator Mobil Esemka Ungkap Jokowi Tak Pernah Putus Shalat Tahajud
Sukiyat menyampaikan syarat agar mobil tersebut bisa terwujud. Yakni Jokowi harus salat malam selama 40 hari tanpa putus
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Polemik lahirnya mobil Esemka menjadi momen penting mencuatkan nama Jokowi di level nasional. Mobil Esemka merupakan kreasi pemilik bengkel Body Repair Kiat Motor, Sukiyat dan tujuh siswa SMKN 1 Trucuk Klaten yang digadang-gadang bisa menjadi mobil nasional.
Pertemuan Jokowi dengan Sukiyat sendiri sebenarnya terjadi ketika Jokowi berencana membenahi bangunan milik Yayasan Perlindungan dan Pelatihan Kerja (YPPK) di Jalan Adi Sucipto. Yayasan ini merupakan tempat pelatihan kerja bagi penyandang cacat. Jokowi memandang bangunan di dekat Stadion Manahan sudah terlihat kumuh dan tidak laik dihuni.
“Pak Jokowi ingin penghuni pergi dulu dan dibangun lebih baik lagi. Dua kali Pak Jokowi menemui Ketua Yayasan, Pak Pomo untuk rencana membenahi kawasan YPPK tapi selalu ditolak,” kata Sukiyat ketika ditemui Tribun Jateng. Niat baik Jokowi akhirnya bersambut setelah Sukiyat menjadi ketua yayasan. Lahirlah Difabel Training Center (DTC).
Dalam proses pembangunan DTC, Sukiyat merasa terbantu dengan kepemimpinan Jokowi-Rudi terutama tentang pengurusan Hak Guna Bangunan (HGB). Ia pun bertekad membalas budi kepada Jokowi.
Tahun 2009, di suatu momen ketika bertemu dengan Jokowi, Sukiyat secara spontan menyatakan akan membuatkan sebuah mobil untuk Jokowi. “Pak Jokowi nanti saya buatkan mobil,” kata Sukiyat.”Mobil apa?” demikian tanggapan Jokowi atas keinginan Sukiyat ingin membuatkan mobil. “Mobil beneran Pak,” timpal Sukiyat.
Sukiyat sendiri saat itu teringat kata-kata guru spiritualnya pada 25 tahun silam, yang memintanya untuk membuat sebuah mobil. “Saya waktu itu hanya tertawa. Saya kira disuruh membuat mobil dari batang tebu, sedangkan ban dari kulit jeruk. Tapi guru saya tidak bercanda bahwa saya harus membuat mobil betulan,” kisah Sukiyat.
Kepada Jokowi, Sukiyat menyampaikan syarat agar mobil tersebut bisa terwujud. Yakni Jokowi harus salat malam selama 40 hari tanpa putus dan mandi sebelum menjalankan salat malam. Jokowi, kata Sukiyat, sempat mempertanyakan syarat tersebut. “Kademen nho (kedingan lho)?,” kata Jokowi. “Saya kirim alat pemanas apa?,” tanya Sukiyat. “Ngga, ngga perlu, boten Pak Kiyat,” jawab Jokowi.
Syarat tersebut akhirnya belum seluruhnya terlaksana lantaran Jokowi harus berdinas ke Tiongkok. “Setelah yang pertama gagal, kemudian yang kedua dilaksanakan. Selama 40 hari Pak Jokowi melaksanakan salat malam tidak pernah putus. Tiap malam di atas jam 12 malam saya telepon, ‘Pak Presiden monggo salat tahajud’. Saya selalu bilang Pak Presiden meski Pak Jokowi merupakan wali kota atau gubernur. Karena setiap kata yang diucapkan akan diamini,” kata Sukiyat.
“Nggih Pak Kiyat,” kata Sukiyat menirukan jawaban Jokowi. “Pak Jokowi melaksanakan salat hajat, tahajud, witir kemudian wiritan hingga salat subuh, kemudian bekerja. Itu dilakukan Pak Jokowi selama 40 hari tidak putus tiap di atas jam satu malam. Saya juga salat. Jadi kalau bilang Jokowi bukan Islam itu salah,” ujar Sukiyat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.