Warga Kapuas Lebih Suka Naik Feri Menyeberangi Sungai Selebar 1 Km
Bagi warga sejumlah daerah di Kalteng, penggunaan feri penyeberangan untuk mencapai daerah tertentu merupakan kelaziman.
Editor: Domu D. Ambarita
TRIBUNNEWS.COM, KUALAKAPUAS - Kejadian perahu atau feri penyeberangan tenggelam di Sungai Kapuas, Kalimantan Tengah, beberapa kali terjadi. Selain Kapal Feri Panamas yang karam Selasa lalu, peristiwa serupa telah berulang. Dan setiap kejadian selalu meminta korban jiwa, terutama dari penumpangnya.
Juni 2012 misalnya, feri karam di perairan Desa Pendahara, Katingan. Saat itu korbannya adalah Kapolsek Kecamatan Tewang Tanggalang Garing AKP Agus Sofianto dan seorang warga setempat, Yanto.
Bagi warga sejumlah daerah di Kalteng, penggunaan feri penyeberangan untuk mencapai daerah tertentu merupakan kelaziman. Sebab, sebagian daerah ini merupakan rawa-rawa sehingga sebagian wilayah masih sulit dijangkau melalui jalan darat.
Demikian pula di Kapuas. Selain lebih mudah dan cepat menggunakan transportasi air, tarif feri juga terbilang murah. Betapa tidak? Hanya membayar Rp 2.000, penumpang sudah bisa menyeberangi Sungai Kapuas yang lebarnya hampir mencapai satu kilometer.
Di kawasan Kelurahan Panamas yang menjadi lokasi tragedi karamnya feri Berkah Bersama, Selasa (29/7/2014) lalu, warga juga lebih memilih jalur sungai untuk beraktivitas ke wilayah lain, terutama ke Kuala Kapuas.
"Kalau lewat darat sebenarnya bisa, tapi cukup jauh karena harus memutar lebih dulu melewati Basarang di kilometer 7. Sementara kondisi jalan menuju ke Panamas juga masih berupa jalan setapak," ujar seorang warga, Sugeng.
Tidak hanya Panamas-Kualakapuas, sejumlah ‘rute’ penyeberangan di Kapuas antara lain, Kuala Kapuas-Murung Keramat dan Kuala Kapuas-Hampatung. Itu belum termasuk di beberapa kecamatan lain yang memang secara geografis hanya bisa terhubung melalui angkutan penyeberangan sungai. Rata-rata feri itu berupa gabungan dua perahu kecil yang direkatkan oleh lantai papan.
Pascakejadian di Sungai Kapuas, wilayah Kelurahan Panamas, janji dilontarkan Sekda Kapuas, Sanijan S Toembak. "Kami akan mengecek semua perahu penyeberangan yang ada. Itu antara lain bisa dengan pemasangan pelat kir seperti pada truk atau pick up yang mencantumkan kapasitas atau daya angkutnya,” kata dia.
Sementara Bupati Ben Brahim S Bahat menyatakan akan memperketat aturan bagi setiap armada angkutan perahu penyeberangan tradisional. Bahkan pemkab berencana menyiapkan armada khusus.
Untuk jangka menengah, pemkab memproyeksikan pembangunan jalan darat yang menghubungkan Panamas-Murung Keramat-Kuala Kapuas dengan program kontrak tahun jamak pada 2015. Dengan itu diharapkan ketergantungan masyarakat terhadap angkutan penyeberangan bisa dikurangi.
Tragedi di Panamas juga menyentak Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang. Dia yang saat kejadian berada di Jakarta, langsung ‘terbang’ untuk memantau upaya pencarian korban. Teras menegaskan perlu ada kebijakan baru terhadap angkutan masyarakat untuk menjamin keselamatan. Yakni, mewajibkan pemilik angkutan menyediakan sarana keselamatan.
“Juga harus disertai pengawasan dari pihak terkait. Dengan begitu kejadian serupa tidak lagi terulang,” katanya. (Banjarmasin Post/Mustain Khaitami)