Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sewa Rumah di Kawasan Prostitusi Sarkem Rp 4 Juta Per Bulan

Wilayah yang dijadikan sebagai kawasan bisnis pekerja seks komersial (PSK) itu sesungguhnya hanya berada di Gang 3 RW 3 Sosrowijayan Kulon.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Sewa Rumah di Kawasan Prostitusi Sarkem Rp 4 Juta Per Bulan
internet
Jalan Pasar Kembang di Yogyakarta. 

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Nama Sarkem alias Pasar Kembang sudah tidak asing lagi bagi warga Yogyakarta maupun masyarakat Indonesia pada umumnya. Sarkem populer sebagai kawasan prostitusi tertua di Indonesia.

Wilayah yang dijadikan sebagai kawasan bisnis pekerja seks komersial (PSK) itu sesungguhnya hanya berada di Gang 3 RW 3 Sosrowijayan Kulon, Kelurahan Sosromenduran, Kecamatan Gedongtengen.

Kawasan tersebut berada persis di seberang jalan selatan Stasiun Tugu Yogyakarta. Kawasan merah itu ada di rumah-rumah sepanjang gang-gang kecil dengan lebar kurang dari dua meter. Saking sempitnya, gang tersebut jika dilewati kendaraan roda dua hanya cukup untuk satu kendaraan saja.

Saat ini kondisi kawasan prostitusi itu semakin padat. Jumlah rumah sewa PSK kini sudah melebihi daya tampung. Data yang dihimpun Tribun Jogja (Tribunnews.com Network) dari ketua RW setempat, jumlah rumah milik warga asli yang kini sebagian besar disewa para mucikari PSK Sarkem, hanya 131 kepala keluarga. Sementara jumlah PSK keluar masuk di kawasan itu saat ini setiap harinya sekitar 270 hingga 300 orang.

Saking padatnya PSK di kawasan itu, harga sewa rumah milik warga asli di gang 3 itu melejit. Satu rumah kecil dengan jumlah kamar tiga ruang per tarif per bulannya mencapai Rp 4 juta. Padahal rumah-rumah di kawasan itu rata-rata sangat sederhana. Dengan luas per kamar kurang dari 3x3 meter menggunakan sekat triplek harga sewa Rp 4 juta per bulan cukup mahal.

Namun nyatanya, para mucikari yang menyewa rumah milik warga tetap berani menyewa tempat tinggal itu untuk dijadikan lokasi transaksi bisnis haram tersebut. Diketahui sebagian besar warga asli Gang 3, memilih pindah ke luar wilayah itu. Hanya tersisa sekitar 10 KK yang memilih tetap tinggal di kawasan itu. Sisanya, mereka memilih menyewakan rumahnya karena lebih menjanjikan dari sisi pendapatannya. Sebagian lagi ke luar wilayah karena alasan sudah tak lagi nyaman tinggal di tengah-tengah bisnis seks itu.

Berita Rekomendasi
Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas