3 UKM Fashion di Jatim Masuk Program Kerjasama Kemitraan
Dari hasil kajian yang dilakukan Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya, kelemahan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ada lima
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA -Dari hasil kajian yang dilakukan Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya, kelemahan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ada lima di antaranya mengakses pasar, teknologi, modal dan manajemen keuangannya.
"Juga kelemahan dalam sumber daya manusia (SDM) pada tingkat pendidikan serta skil sebagai tenaga kerjanya," kata Dr Rudi Purwono, Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga, saat menjadi pembicara dalam temu usaha dan penandatangan kesepakatan kerjasama kemitraan antara UMKM Kota Surabaya dan pengusaha skala provinsi/nasional 2014 di Nur Pacific, Surabaya, Rabu (20/8/2014).
Padahal di tahun 2015, Indonesia dipastikan ikut terlibat dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dimana seluruh negara-negara di ASEAN akan memberlakukan perdagangan bebas.
"Ancaman masuknya produk dari negara ASEAN lain sangat besar. Tujuannya bagus, tapi bagi UMKM di Indonesia harus segera ikut ambil bagian agar bisa bersaing," lanjut Rudi.
Karena itulah, dengan menggunakan dasar hasil riset dari FEB Unair, ditambah pemilihan jenis dan kondisi UMKM yang ada di Kota Surabaya, untuk dikembangkan dan ditingkatkan daya saingnya.
Badan Koordinasi Pelayanan dan Penanaman Modal (BKPPM) kota Surabaya pun ambil bagian dengan menjadi penghubung untuk pengembangan UMKM yang mampu ditingkatkan daya saingnya menghadapi MEA 2015 mendatang.
FEB Unair sebagai kalangan akademisi, dipilih sebagai penyeleksi UMKM untuk ikut dalam program Fasilitas Kerjasama Kemitraan ini.
"Ada empat dasar yang kami tawarkan. Yaitu pengembangan pasar, pengembangan teknologi, SDM, dan Manajemen Keuangan. Untuk mitranya adalah antara UMKM yang sudah skala berjalan stagnan, memiliki peluang, dengan pengusaha yang sudah di atasnya baik skala provinsi atau nasional," jelas Drs Eko Agus Supiadi Sapoetra MM, Kepala BKPPM Kota Surabaya.
Hasilnya, melalui program ini sudah ada tujuh UMKM dan tiga pengusaha skala besar. Mereka masuk dalam program ini di tahun 2013 sebanyak enam UMKM dan dua pengusaha.
Ditahun 2014, ada enam UMKM dan dua pengusaha yang disiapkan. Tiga UMKM dan seorang pengusaha dibidang kuliner telah menjalani program ini pada Maret 2014.
Sementara tiga UMKM dan satu pengusaha lagi, dilakukan penandatangan kerjasamanya pada acara kemarin. Yaitu tiga UMKM kota Surabaya dan satu pengusaha skala nasional yang bergerak dibidang produksi fashion.
Mereka adalah pengrajin tas batik Andyni Collection asal Gunung Anyar, True Fashion untuk produk aksesoris dan pakaian jadi asal Sukolilo. Sedangkan pengusaha yang kelas nasional adalal La Mode School, pimpinan desainer Stef Denny Djuwardi.
Selain lembaga sekolah, La Mode juga produksi garmen dan sudah melakukan pengembangan pasar baik ekspor maupun domestik.
Denny Djuwardi merupakan Ketua Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Jatim, yang sudah banyak malang melintang di dunia fashion, serta memiliki banyak agenda fashion baik secara domestik Jatim maupun nasional.
Salah satu dari tiga pengusaha UMKM, Truly Nurul Erwandiari, dari 101 True Fashion yang memproduksi aksesoris, menyebutkan kerjasama ini memberinya peluang untuk meningkatkan produksinya.
"Industri ini sudah saya lakukan sejak 2009, dan memang pasar saya masih terbatas di kota Surabaya. Dengan kerjasama ini saya ingin bisa lebih luas lagi,masuk ke industri fashion dengan bersama para desainer-desainer busana di Jatim," ungkap Truly.
Selama ini, pasar Truly lebih banyak lokal dengan memanfaatkan wisatawan asing yang datang ke Surabaya. Bekerjasama dengan hotel-hotel dan kapal pesiar yang sandar di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.