12 Penyelam Simeulue Tewas karena Dekompresi
Setiap tahun ada saja nelayan selam di Kabupaten Simeulue yang meninggal karena dekompresi
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SINABANG - Setiap tahun ada saja nelayan selam di Kabupaten Simeulue yang meninggal karena dekompresi (suatu keadaan di mana akumulasi nitrogen dalam tubuh selama menyelam membentuk gelembung udara yang justru menyumbat aliran darah serta sistem saraf).
Sejak 2012 hingga kini tercatat 12 orang sudah nelayan selam di Simeulue yang tewas karena dekompresi.
Penderita dekompresi umumnya mengelami rasa sakit yang hebat di persendian, sakit kepala, dan gatal-gatal di kulit. Dekompresi juga dapat mengakibatkan kelumpuhan, kehilangan kesadaran (pingsan), mati rasa, bahkan kematian.
Untuk menyelam sampai ke dasar laut yang dalamnya bisa mencapai 20 meter, para nelayan Simeulue bisanya menyalakan kompresor di speedboat atau di boatnya.
Alat itu yang kemudian memasok oksigen melalui selang panjang kepada para penyelam. Nah, pada saat-saat seperti inilah para penyelam itu rentan didera dekompresi.
Meski nyawa taruhannya, tapi tetap saja tak menyurutkan nyali para nelayan selam itu menjelajah dasar laut.
Di Simeulue, nelayan selam ini umumnya menangkap lobster, teripang (kolong), kima, dan lolak--semuanya hidup di dasar laut--karena harganya tergolong tinggi di pasaran.
Lalu untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau terserang dekompresi saat menyelam di dasar laut, Dinas Kesehatan Simeulue, Selasa kemarin hingga Rabu (17/8) hari ini menggelar pelatihan teknik menyelam yang aman dengan mengundang 200 nelayan selam di seantero Simeulue. Acara itu dilaksanakan di Aula Dinkes Simeulue.
Ketua panitia pelatihan, Darmilis D, kepada Serambi kemarin mengatakan, berdasarkan data sejak tahun 2012 hingga saat ini sudah 12 nelayan Simeulue tewas akibat dekompresi saat menyelam di dasar laut.
“Selama ini cara mereka menyelam asal-asalan. Seharusnya didahului dengan pemanasan sebelum menyelam. Kemudian, jangan menyelam terlalu dalam, apalagi oksigen yang dikeluarkan melalui kompresor itu tidak murni,” kata Darmilis yang berharap melalui pelatihan itu nelayan mendapat pengetahuan baru tentang penyelaman sehingga bisa mengurangi risiko dekompresi.
Pelatihan itu, lanjut Darmilis, menghadirkan narasumber yang juga instruktur selam dari Kota Sabang, termasuk penyelam dari Angkatan Laut di Lanal Simeulue, juga dari Dinas Kelautan dan Perikanan Simeulue.
“Karena pesertanya mencapai 200 orang dari sepuluh kecamatan, terpaksa kita bagi menjadi dua gelombang yang berlangsung selama dua hari,” kata Darmilis.
Menurut Darmilis, tidak semua nelayan Simeulue yang didera dekompresi meninggal dunia. Ada juga beberapa orang yang selamat, tapi mereka menderita lumpuh permanen sehingga tak bisa maksimal menafkahi keluarganya.
“Kalau data nelayan yang lumpuh karena menyelam belum terdata rapi, tapi memang ada beberapa kasus,” ucapnya.
Ia berharap, setelah mengikuti latihan pencegahan dekompresi itu tidak ada lagi nelayan selam di Simeulue yang menjadi korban.
“Mau menyelam silahkan, apalagi kalau itu profesi yang ditekuni. Tapi haruslah hati-hati dengan mengutamakan keselamatan jiwa. Menyelam terlalu dalam dengan waktu yang lama, sangatlah berisiko,” Darmilsi mengingatkan. (c48)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.