Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Landak Dulu Jadi Musuh, Kini Banyak Dicari

KISAH mendadak kaya dari mendapat batu landak belakangan ini menjadi buah bibir seantero Aceh Singkil.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Landak Dulu Jadi Musuh, Kini Banyak Dicari
serambi aceh

TRIBUNNEWS.COM - KISAH mendadak kaya dari mendapat batu landak belakangan ini menjadi buah bibir seantero Aceh Singkil.

Tak heran bila banyak yang mencoba peruntungan memelihara landak dengan harapan dapat menghasilkan geliga bernilai ratusan juta bahkan miliaran rupiah.

Cerita landak dan batu geliganya di Aceh Singkil sudah terdengar sejak tiga tahun silam. Awalnya landak diburu petani, guna mencegah rusaknya tanaman kelapa sawit muda.

Hewan tersebut dianggap hama yang suka memakan sawit baru ditanam. Belakangan menjadi populer menyusul beredar kisah sukses meraup rupiah dengan menjual batu landak.

Penampung siap membeli dengan harga menggiurkan. Seekor landak belum tentu ada batu yang diharapkan bernilai antara Rp 600 ribu sampai Rp 800 ribu.

Rezeki nomplok mendapatkan geliga landak bukan hanya isapan jempol. Menurut pengakuan warga, ada peternak yang mendulang rupiah sampai mampu membeli mobil, kebun hingga memiliki deposito ratusan juta.

Frida Siska termasuk salah seorang yang beruntung bisa menikmati berkah geliga landak. “Kalau sekadar menikmati uangnya sudah. Tapi sampai beli mobil seperti orang lain dari batu landak belum,” kata anggota DPRK Aceh Singkil tersebut, Senin 25 Agustus 2014.

BERITA TERKAIT

Ia juga mengaku pernah melihat sendiri saudaranya menerima uang tunai ratusan juta rupiah hasil penjualan batu landak. Namun tak semua peternak mendulang sukses.

Contohnya Yono. Warga Aceh Singkil ini telah beternak landak sejak enam bulan lalu. Namun peruntungan belum berpihak padanya.

“Awalnya saya pelihara delapan ekor, sekarang tersisa enam ekor saja. Dua ekor lagi mati, karena waktu beli memang sudah luka-luka. Mudah-mudahan saja sisanya ada rezeki,” ujarnya.

Keberhasilan mendapatkan batu landak sangat ditentukan oleh keahlian dalam merawatnya. Kecamatan Singkohor, Kuta Baharu dan Gunung Meriha, merupakan dua wilayah sentral peternakan landak di Aceh Singkil. Hewan landak ini juga kerap didatangkan dari Padang, Sumatera Barat.

“Tapi sekarang sudah susah, karena begitu akan dibawa ke luar dari Padang dirazia. Ada warga yang sudah berpekan-pekan memesan, tapi tidak kunjung datang. Padahal telah mengeluarkan uang jutaan rupiah menyiapkan kandang,” kata Tarigan, seorang warga yang berminat beternak landak.

Sutikno, Kepala Seksi Penganalisa Data dan Pemanfaatan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem pada BKSDA Seksi II Wilayah Aceh Singkil, mengatakan, landak termasuk hewan dilindungi.

Namun karena mengetahui dilindungi, tidak semua yang memelihara landak bersedia diwawancarai dan difoto. Hanya saja, seperti kata para peternak, mereka berharap pengembangbiakkan landak tidak dipersoalkan, karena penjualan batu geliga punya nilai ekonomi tinggi dan membantu kehidupan warga.(c39)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas