Lumpur Panas Subulussalam Mengandung Gas Metan
Hasilnya, lumpur panas itu diyakini mengandung gas metan.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SUBULUSSALAM – Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Distamben & SDM) Kota Subulussalam telah mengambil sampel material luapan lumpur panas yang terjadi di Dusun Kuta Lembaru, Desa Panglima Sahman, Kecamatan Runding, untuk diteliti. Hasilnya, lumpur panas itu diyakini mengandung gas metan.
Informasi itu didapat Serambi dari Kepala Distamben dan SDM Kota Subulussalam, Drs Hasanuddin, Jumat (5/9), setelah tim dari dinasnya bersama Badan Lingkungan Hidup Kota Subulussalam mengamati sampel lumpur tersebut dan mengonsultasikannya kepada pakar di Badan Geologi Bandung, Jawa Barat.
“Setelah melewati proses observasi dan konsultasi dengan pakar geologi, untuk sementara disimpulkan bahwa lumpur panas yang ke luar dari tanah di Desa Panglima Sahman itu mengandung gas metan,” kata Hasanuddin.
Penjelasan Hasanuddin itu sekaligus membantah spekulasi yang mencuat sebelumnya bahwa lumpur panas yang menggegerkan masyarakat di Desa Panglima Sahman itu kemungkinan akibat proses elektrifikasi arus listrik. Soalnya, lokasi semburan lumpur panas itu berada persis di bawah tiang listrik milik PLN.
Untuk sementara, kata Hasanuddin, tim menyimpulkan bahwa yang ke luar dari tanah tersebut adalah energi sejenis gas metan yang mendorong material di atasnya, sehingga menimbulkan lumpur panas dan berbau seperti limbah sampah.
Gas metan ini, lanjut Hasanuddin, sebetulnya dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar. Namun, belum diketahui apakah gas itu berasal dari dasar bumi, permukaan saja, atau bahkan timbul oleh tumpukan sampah yang telah lama mengendap di rawa-rawa desa itu.
“Untuk itu kami akan terus memantau perkembangan lumpur ini. Kalau terus melebar dan membesar maka kemungkinan besar merupakan kandungan alam dan bisa dieksploitasi,” ujar Hasan.
Distamben juga akan meneliti kandungan serta penyebaran gas metan di kawasan itu. Pengecekan lokasi sebaran itu diperlukan untuk mengetahui apakah gas metan itu bersumber dari dasar bumi atau bukan.
Jika benar dari perut bumi, maka potensial dimanfaatkan sebagai sumber energi baru di daerah itu.
Hasanuddin menambahkan, di Desa Panglima Sahman itu pihaknya juga baru membuat proyek sumur bor.
Terjadi semburan air yang mengandung gas dan airnya terus-menerus terdorong ke luar tanpa perlu dipompa. Tapi belum bisa dipastikan apakah ini ada kaitannya dengan gas metan yang baru muncul itu.
Hasanuddin juga menyatakan, lokasi lumpur panas itu akan segera diamankan guna menghindari hal-hal yang dapat membahayakan jiwa manusia.
“Soalnya, jika kandungan gas metan itu besar, otomatis lokasi itu rawan tersulut api,” ujar Hasanuddin.
Sebagaimana diberitakan kemarin, sebuah fenomena langka terjadi di Kota Subulussalam. Air panas bercampur lumpur tiba-tiba menyembur dari sebuah titik permukaan tanah di Dusun Kuta Lembaru, Desa Panglima Sahman, Kecamatan Runding, Kota Subulussalam.
Warga di seputaran Subulussalam dan Aceh Singkul datang berbondong-bondong ke lokasi. Sempat pula muncul kekhawatiran bahwa luapan lumpur itu akan membesar dan meluas hingga menjadi petaka sebagaimana kasus semburan Lumpur Lapindo Sidoarjo (Jawa Timur).
Namun tak sedikit yang berharap lumpur tersebut sebagai tanda-tanda kandungan alam yang mendatangkan rezeki bagi masyarakat setempat.
Lumpur panas berada di areal perkebunan kelapa sawit dan kakao milik Salahuddin. Lumpur tersebut ke luar dari bawah tiang listrik milik PT PLN Persero. Karakteristiknya terlihat seperti air mendidih dan mengeluarkan uap panas.
Gelembung-gelembung lumpur panas ini tampak seperti air mendidih dan seakan-akan hidup. Bahkan, tercium bau semacam amonia.
Warga telah melakukan tes sederhana di lumpur panas itu, yakni meletakkan sebutir telur. “Beberapa menit kemudian, telur tersebut matang,” kata Qaharuddin, warga setempat. (lid)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.