Harga Masih Rendah Petani Mbeliling Enggan Menjual Jahe
Para petani Desa Tondong Belang, Kecamatan Mbeliling masih enggan menjual jahe
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.LABUAN BAJO -- Para petani Desa Tondong Belang, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), masih enggan menjual jahe dari lahannya karena harga dinilai masih rendah, yakni berkisar antara Rp 5.000 sampai Rp 6.500 per kilogram. Petani pemilik lahan jahe berharap agar harga jahe bisa menembus angka Rp 10.000 sampai Rp 12.000 per kilogram.
Kepala Desa Tondong Belang, Andreas Lemudin, mengatakan itu kepada Pos Kupang, Kamis (4/9/2014). "Dari sekitar 9 hektar lahan jahe milik 120 aggota kelompok, semuanya sudah siap panen. Tetapi kami masih menunggu harga yang baik baru bisa jual. Memang dalam tiga minggu terakhir sudah sekitar sepuluh orang yang datang menawar tetapi kami menilai harganya terlalu murah, yakni antara Rp 5.000 sampai Rp 6.500. Kami berharap agar harganya bisa mencapai angka Rp 10.000 hingga Rp 12.000," kata Andreas.
Menurut dia, hasil jahe di desanya itu diprediksi minimal 150 ton dan tahun ini merupakan tahun pertama panen jahe di desanya. Dia menambahkan, dari sejumlah calon pembeli, ada yang mengaku dari Sido Muncul tetapi pihaknya belum bisa memastikannya.
Para petani, kata dia, akan menjual jahenya secara serempak karena para petani jahe berada langsung dibawa koordinasi dirinya sebagai kepala desa, namun masih menunggu kondisi harga membaik. Perlu diketahui, lahan jahe di desa itu merupakan bagian dari Program Anggur Merah lewat dana bergulir.
Rp 500 Juta untuk Jahe
Kepala Dinas Pertanian Mabar, Anggalinus Gapul, yang dikonfirmasi terpisah Kamis (4/9/2014) mengatakan, pada tahun anggaran 2014 ini, Mabar mendapatkan alokasi dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 500 juta untuk pengembangan jahe. Terkait upaya yang perlu dilakukan oleh pemerintah agar harga jahe bisa membaik, Anggalinus belum bisa memastikannya.
"Saya mendapat laporan dari kepala penyuluh bahwa Sido Muncul berminat membeli jahe dan saya sudah mengarahkan agar mereka pergi langsung ke Tondong Belang. Saat ini memang koordinasi dengan petani jahe belum berjalan dengan baik dalam upaya mencari pasar. Tetapi tahun 2014 ini Mabar mendapat alokasi dana Rp 500 juta dari APBN untuk pengembangan jahe," kata Anggalinus.
Dia menambahkan, dari ratusan juta anggaran itu akan dilakukan pengembangan jahe di Kecamatan Ndoso, Kuwus dan Lembor. "Saat ini terus dilakukan persiapan terkait pengembangan jahe di tiga kecamatan itu," ujarnya. (ser)