Badal Sebaiknya Dilakukan Orang yang Sudah Dikenal
“Mereka menerima permintaan menjadi petugas haji badal. Tapi mereka sebenarnya cuma cari uangnya,” jelas Roisuddin Bakri, mantan Ketua Pengurus Cabang
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Haji memang ibadah yang menuntut keikhlasan dan kepasrahan kepada Sang Pencipta.
Tetapi bagi oknum dan orang-orang yang nakal, justru keikhlasan dan kepasrahan itu menjadi peluang untuk meneguk keuntungan lain. Nah, praktek haji badal termasuk yang menjadi incaran oknum dan orang-orang nakal itu.
“Mereka menerima permintaan menjadi petugas haji badal. Tapi mereka sebenarnya cuma cari uangnya,” jelas Roisuddin Bakri, mantan Ketua Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Nahdlatul Ulama (NU) Arab Saudi kepada Surya Online(Tribunnews.com Network), Rabu (10/9/2014).
Haji Badal merupakan praktek berhaji dengan cara menyerahkan seluruh prosesi ibadah kepada badal (orang pengganti atau wakil).
Haji badal berlaku untuk orang yang sudah meninggal atau orang yang secara fisik dan psikis tidak lagi mampu berangkat ke Tanah Suci.
Peluang mencari keuntungan dengan cara mengelabui sangat terbuka. Sebab orang minta dibadali atau diwakili tidak akan bisa mengetahui, apakah penggantinya itu benar-benar melaksanakan semua prosesi haji atau tidak.
Juga hampir tidak bisa diketahui ketika seorang petugas menerima permintaan lebih dari satu. Padahal, ketentuan fiqh tegas, satu orang hanya bisa menjadi pengganti bagi satu orang.
“Ini yang paling dikhawatirkan. Orang yang menerima badal itu tidak amanah. Sebab ada lho, oknum mukimin yang menerima badal lebih dari satu orang. Modus lain adalah orang yang diserahi amanah tidak melakukan prosesi haji badal,” kata Rois.
Rois yang kini memimpin Yayasan Sekolah Indonesia-Arab Saudi di Mekah tersebut memberikan sejumlah tips memilih badal yang aman. Di antaranya, sebaiknya badal dilakukan orang yang sudah dikenalnya. Jadi tahu persis track recordnya.
Jika terpaksa harus mencari badal seorang mukimin di Mekah, sebaiknya minta tolong KBIH atau biro-biro haji.
Mereka ini punya jaringan yang sudah dikenalnya. Lalu mintalah tolong kerabat atau teman yang ikut haji untuk bisa bertemu langsung dengan petugas badal itu. Ada baiknya saat bertemu dilakukan sumpah.
Menurut Rois di Mekah ada saja mukimin yang menawarkan diri menjadi pembadal.
Mereka ini biasanya mendatangi rombongan jemaah. Roisuddin menyarankan yang ini lebih baik dihindari.
“Praktek begini rawan abal-abal (menipu),” tegasnya.
Belakangan praktek haji badal ini menjadi tren di Tanah Air, khususnya di Jatim. Hampir semua Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) dan biro-biro travel haji dan umrah membuka layanan itu dengan tarif beragam.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.