Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Daging dan Telur Ayam Jatim Ditarget Bisa Ekspor

"Dengan harga yang naik, tapi sedikit itu, kami melihat kondisi pasar yang sudah jenuh. Sementara sentra ayam ternak dan telur di Jatim masih berkemba

zoom-in Daging dan Telur Ayam Jatim Ditarget Bisa Ekspor
TRIBUN PEKANBARU/Theo Rizky
Pedagang telur sedang menyusun telur ayam dagangannya di Pasar Senapelan, Pekanbaru, Rabu (27/8/2014). Harga telur ayam ras berbagai ukuran kini mulai naik hingga Rp 3000/papan nya atau per 30 butir. Dari harga telur ukuran kecil Rp 28 ribu/papan, kini dikisaran Rp 31 ribu. Harga Sembako perlahan-lahan mulai merangkak naik menyusul rencana pemerintah yang akan menaikkan harga BBM bersubsidi. TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY 

TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Harga pasaran daging ayam potong asal Jatim saat ini sekitar Rp 26.000 per kilogram (kg).

Sementara di kalangan peternak hanya Rp 16.000 per kg. Harga ini sudah mengalami peningkatan dibandingkan awal tahun 2014 lalu, yang sempat membuat peternak protes dengan membakar ayam-ayamnya dalam aksi demo di beberapa daerah sentra ternak ayam pedaging dan petelor.

"Dengan harga yang naik, tapi sedikit itu, kami melihat kondisi pasar yang sudah jenuh. Sementara sentra ayam ternak dan telur di Jatim masih berkembang," kata Maskur, Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Jatim, Minggu (21/9).

Daging dan telur ayam di Jatim sendiri, masih bisa mengisi pasar di Indonesia. Dibawah produksi Jawa Barat, di pasar lokal Indonesia pun, ayam dan telur asal Jatim tidak mengalami peningkatan bisnis yang signifikan.

Karena itulah, Disnak mentargerkan untuk bisa masuk ke pasar ekspor.

"Negara tujuan yang sudah siap menerima ada di Timur Tengah dan Jepang. Tapi masih sulit, karena standart internasional yang harus dipenuhi dulu," jelas Maskur.

Salah satunya, karena Indonesia belum dinyatakan bebas dari penyakit unggas Avian Influenza (AI). Indonesia, baru menargetkan terbebas dari penyakit AI pada tahun 2020, sementara Jawa Timur sendiri menargetkan terbebas dari AI pada tahun 2019.

Berita Rekomendasi

Tetapi hal itu menurutnya bisa disiasati dengan "Sistem Kompartemen".

Pengusaha peternakan besar bisa mengurus sertifikasi bebas penyakit dengan syarat harus pelakukan budidaya ternak ayam brioiler terintregasi dari hulu hingga hilir, mulai dari pembibitan, pakan hingga penggemukan dilakukan dalam satu lingkungan yang terisolasi dan terbebas dari penyakit.

"Kami terus mendorong pengusaha di Jatim agar mau melakukannya. Tetapi sejauh ini mereka masih enggan karena besarnya biaya dan rumitnya proses yang harus dijalani," lanjutnya.

Langkah tersebut menurut Maskur sudah mulai dilakukan oleh peternakan besar di Jawa Barat.

Ada sekitar dua peternakan di Jabar yang telah mendapatkan sertifikasi bebas penyakit dan bisa melakukan ekspor ke sejumlah negara. Sementara di Jatim, sebenarnya sekitar 10 perusahaan yang cukup potensial untuk bisa melakukan sertifikasi.

"Ini harus mulai dilakukan agar pasar bisa berkembang. Apalagi produksi ayam dan telur ayam broiler Jatim cukup besar," ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, produksi ayam broiler dan telur ayam broiler di seluruh wilayah Jatim cukup besar. Produksi ayam mencapai sekitar 25 juta ton per tahun, sementara telur ayam broiler juga mencapai sekitar 25 juta ton per tahun.

Selain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat dan industri di Jatim, produksi tersebut juga didistribusikan ke sejumlah daerah seperti Kalimantan, Sulawesi dan Kalimantan.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas