Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Nyaris tak Pernah Bertemu Dokter, Warga Rumbia Pernah Melahirkan di Jalan

Hidup di Desa Rumbia, membuat warga di desa terpencil tersebut tak tersentuh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terlebih anak-anak.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Nyaris tak Pernah Bertemu Dokter, Warga Rumbia Pernah Melahirkan di Jalan
Tribun Manado/Finneke Wolajan
Anak-anak Rumbia tidak kenal internet, tidak kenal game online, tapi mengenali sepak bola. 

TRIBUNNEWS.COM, TONDANO - Bolos sekolah lalu main game online sudah merasuki banyak pelajar di Kota Manado. Namun bagi anak-anak yang tinggal di Desa Rumbia, Kecamatan Langowan Selatan, Kabupaten Minahasa, internet saja mereka tidak tahu.

Mereka tak mampu membayar biaya naik angkutan umum berupa mobil pikap ketika hendak ke pusat kota di Langowan. Biayanya selangit, mencapai Rp 120 ribu. Apalagi jika harus ke Tondano sebagai ibu kota kabupaten.

Hidup di Desa Rumbia, membuat warga di desa terpencil tersebut tak tersentuh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terlebih anak-anak.

Dari ratusan penduduk, bisa dihitung dengan jari warga yang memiliki handphone. Itu pun sangat jarang digunakan karena sinyalnya sangat lemah. Bahkan sering hilang.

Pantauan Tribun Manado (Tribunnews.com Network), jalan berkelok yang menanjak dan menurun hampir selalu ditemui. Jalanan sempit yang hanya meninggalkan bebatuan dasar terpantau di banyak titik.

Jalanan tersebut melewati dua desa yakni Atep dan Palamba. Kemudian melewati jalan lingkar timur Sulut, baru kemudian masuk ke jalanan yang kembali rusak parah menuju Desa Rumbia.

Keadaan pemukiman warga yang umumnya hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar tersebut terlihat sederhana, hanya
beberapa rumah yang permanen.

Berita Rekomendasi

Sementara lainnya terbuat dari papan, kecil dan terlihat tua. Ada tiga rumah ibadah, yakni gereja GMIM, Pantekosta dan sebuah masjid.

Tak hanya soal ketinggalan kemajuan teknologi, warga kampung ini juga nyaris tak pernah bersua dengan dokter ketika menderita sakit.

Sulitnya akses ke Puskesmas kecamatan terdekat, membuat warga tak memfungsikan fasilitas tersebut untuk berobat. Hanya sebuah warung di desa, yang dijadikan mereka 'apotik'.

"Kami di sini, sudah hafal semua obat untuk sakit. Namun yang ringan-ringan. Kami beli obat di warung seorang warga. Sulit untuk ke Puskesmas, jalannya jauh. Misalnya sakit yang butuh tindakan darurat, itu yang sulit.

Memutar jauh ke Mitra, atau ikut jalan rusak. Pernah di sini ada yang melahirkan di jalan," ujar seorang warga, Roben Hart Saul.

Soal pendidikan, Desa Rumbia hanya punya Sekolah Dasar (SD). Itu pun sangat-sangat minim. Sebanyak 36 siswa terdaftar, dengan empat guru yang ada. Kalau belajar, para siswa harus digabung menjadi kelas 1-3, kelas 4 dan 5, serta kelas 6.

Jenjang pendidikan SMP, umumnya para siswa bersekolah di SMP Desa Bentenan Mitra. Ke sekolah jalan kaki menyusuri sepanjang pantai, sebagai akses terdekat. Untuk mereka yang mampu membiayai diri SMA, anak-anak harus ngekos di Kota Langowan. (fin)

Sumber: Tribun Manado
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas