Dukung Percepatan Proyek PLTU, Masyarakat Batang Gelar Doa Bersama
Areal sawah produktif yang terkena dampak PLTU hanya sekitar 23 ha. Jumlah itu tidak akan mengurangi produktifitas hasil pertanian karena ada pencetak
TRIBUNNEWS.COM,BATANG - Rencana pemerintah mempercepat pembangunan proyek PLTU Batang, Jawa Tengah terus mendapat dukungan masyarakat di kabupaten Batang.
Sejumlah elemen masyarakat dari berbagai latarbelakang seperti gabungan kelompok tani (Gapoktan), Kelompok Nelayan, Kelompok Pemuda dan Perwakilan para kepala desa di wilayah proyek PLTU melakukan doa bersama dan mendeklarasikan Hari Tani PLTU Batang, pada jumat malam.
Kegiatan yang diikuti oleh ribuan warga dari desa-desa yang akan terkena dampak pembangunan PLTU Batang ini, merupakan inisiatif warga guna mendorong terwujudnya proyek pembangkit listrik berkapasitas hingga 2000 MW.
Ketua Gapoktan Desa Ponowaren Marpu menjelaskan, kekhawatiran bahwa proyek PLTU Batang akan mengurangi lahan pertanian tidak beralasan.
Pasalnya pembangunan bendungan Kedung Pingit di sekitar wilayah itu telah menciptakan lahan pertanian baru.
Sebagai contoh di desa Ponowareng akan ada tambahan sawah seluas 74 hektar (ha), desa Kenconorejo sekitar 300 ha dan Kedungsegog sekitar 400 ha.
"Areal sawah produktif yang terkena dampak PLTU hanya sekitar 23 ha. Jumlah itu tidak akan mengurangi produktifitas hasil pertanian karena ada pencetakan sawah baru hingga ratusan hektar berkat bendungan pingit," jelas Marpu di Batang (26/9/2014).
Rizkiyanto, perwakilan kepala desa dari desa Kandeman menuturkan, upaya pembatalan proyek PLTU Batang yang dilakukan sejumlah pihak sangat mengecewakan dan melukai masyarakat Batang.
Keberadaan proyek PLTU dianggap dapat memberikan peluang kerja dan peningkatan ekonomi bagi warga Batang dan sekitarnya.
Menurut Rizkiyanto, masyarakat Batang berhak untuk mendapatkan hak berupa pembangunan infrastruktur seperti PLTU yang dapat mendorong tumbuhnya sentra-sentra ekonomi.
Sebab, kondisi geografis di wilayah rencana pembangunan PLTU masih menyisakan tingkat pengangguran yang tinggi.
"Sebagai warga desa kami ingin anak-anak muda diwilayah ini bisa bekerja disekitar desanya dan tidak perlu merantau ke Jakarta atau jadi TKI/TKW. Kehadiran proyek PLTU Batang memberikan harapan bahwa kami bisa tetap hidup didesa dan memajukan kampung," kata Rizkiyanto dilokasi perayaan hari Tani PLTU Batang.
Mengenai ancaman PLTU Batang terhadap nasib para nelayan, Muhammad Fadholi, ketua kelompok nelayan menegaskan, pihaknya meminta pihak-pihak tertentu seperti Greenpeace untuk tidak mencampuri urusan masyarakat Batang.
Bagi para nelayan, pembangunan PLTU Batang tidak akan mempengaruhi kehidupan nelayan.