Kisah Nasihul, 3 Tahun Hidup Menahan Sakit dengan Perut Berlubang
Tiga tahun sejak menjalani operasi usus besar akibat TBC usus, Nasihul Asfiya (22), hanya bisa berbaring di tempat tidur.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Tiga tahun sejak menjalani operasi usus besar akibat TBC usus, Nasihul Asfiya (22), hanya bisa berbaring di tempat tidur.
Pemuda bertubuh kurus ini hanya bisa beraktifitas di atas kasur karena ada lubang di bagian perut sebelah kanan akibat operasi yang dijalaninya 2011 silam.
Lubang ini cukup besar dan dalam karena membuat sebagian usus besarnya menyembul dari dalam perut apabila ada kontraksi karena usus mencerna makanan.
Sakit? Sudah pasti karena jaringan usus yang lunak bersentuhan dengan jaringan perut dan memaksa keluar dari tempatnya.
"Rasa sakitnya bisa dua puluh kali bahkan lebih dalam sehari," kata Nasihul, Rabu (30/9/2014) saat ditemui di rumah sederhana milik pamannya Abdul Aziz di Dusun Sukosari, Desa Paspan, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Nasib malang yang menimpa Nasihul ini berawal pada 2011 silam saat ia dilarikan ke rumah sakit karena mengalami sakit pada perutnya.
Menurut Nasihul, hasil pemeriksaan menyebutnya sakit TBC usus dan harus menjalani operasi.
Operasi sepertinya tak berjalan mulus dan membuat Nasihul kembali menjalani perawatan.
Malang buat Nasihul. Keterbatasan dana membuat Nasihul terpaksa dibawa pulang oleh keluarganya. Rencana operasi lanjutan akhirnya dibatalkan karena tak ada biaya.
Penderitaan Nasihul bertambah karena orang tua kandungnya tidak mau mengurusinya. Nasihul akhirnya dirawat di rumah pamannya Abdul Aziz.
"Saat kami bawa pulang, luka pada bagian operasi sudah terbuka dan tidak tidak ditutup," kata Abdul Aziz.
Selama menjalani perawatan di rumah, Nasihul hanya sesekali kontrol ke rumah sakit.
Selain biaya, masalah transportasi untuk ke rumah sakit menjadi penyebab Nasihul tidak terlalu rajin kontrol ke dokter.
Untuk menuju jalan besar, Nasihul harus melewati jalan desa yang tak mulus alias makadam sekitar dua kilometer.
Padahal goncangan keras membuat usus besarnya keluar yang artinya menimbulkan rasa sakit.
Oleh dokter yang memeriksa, Nasihul yang berat badanya kurang dari 35kg hanya diberikan obat TBC dan diminta menjaga kebersihan pada lubang di perutnya.
"Untuk area lubang dibersihkan dengan cairan infus. Ini dilakukan setiap saat karena cairan dalam perut selalu keluar terutama beberapa waktu setelah makan," terang Nasihul yang hanya
Meski menjalani perawatan di rumah, biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit. Beruntung keluarga besar neneknya sampai saat ini bersedia urunan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Untuk kain kasa saja perlu dana Rp1.250.000 per bulannya. Karena harus sering menganti kain kasa yang menutup lubang di perutnya, Keluarga Nasihul membeli kasa gulungan ukuran besar yang satu gulung dibeli Rp125.000.
Sedangkan infus perlu dua dus lebih dengan satu dusnya harus ditebus dengan harga Rp130.000.
"Itu belum biaya lainnya, seperti beli salep dan sebagainya," lanjut Aziz yang menjadi guru agama dan mengelola pesantren kecil di kampungnya.
Harapan Nasihul untuk sembuh memang ada karena menurut dokter yang memeriksanya, rumah sakit umum Dr Soetomo di Surabaya atau Saiful Anwar di Malang punya alat dan dokter spesialis yang kompeten untuk mengobati sakitnya.
Nasihul juga sudah terdaftar sebagai pasien BPJS sehingga tak khawatir mengenai biaya operasi.
Meski demikian, Nasihul tetap butuh dana besar selama nanti tinggal di Surabaya untuk menunggu waktu operasi. Biaya itu meliputi uang kost dan membeli kain kasa, infus dan kebutuhan sehari-hari.
"Di Banyuwangi sebenarnya (dokternya) bisa. Tapi tidak ada alatnya. Katanya yang bisa di Malang, Surabaya atau Bali," kata Nasihul yang sehari-harinya hanya mendapat hiburan melalui sebuah ponsel android agar dirinya mengetahui kabar berita tentang Indonesia dan luar negeri.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.