Komunitas Istri Berbagi Tips Hingga ke Luar Negeri
“Meski begitu, setiap ketemu, selalu saja ada cerita baru tentang masalah-masalah rumah tangga. Dari sinilah kemudian kami terpikir untuk bikin komuni
TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Banyaknya konflik pasangan suami istri, yang berujung pada perceraian, bisa jadi dipicu banyaknya harapan yang muluk-muluk saat hendak mengikat janji pernikahan, padahal realita hidup pasca-nikah ternyata bertolak belakang.
Berawal dari diskusi-diskusi ringan, Euis Kurniawati (31) mempelopori berdirinya komunitas 2bWOW atau "To Be WOW", merujuk ungkapan "wow" yang menjadi akrab di telinga, setelah Agnes Monica kerap menggunakannya saat menjadi juri Indonesian Idol.
Namun. WOW dalam komunitas ini adalah akronim dari "To Be Wonderful Wife" atau menjadi "istri hebat”.
Komunitas ini lahir dengan diskusi dan berbagi pengalaman agar semua anggota menjadi istri yang luar biasa, yang mampu mengelola kehidupan sakinah, keluarga yang tenang, harmonis, dan dinamis.
Euis tidak pernah mengira, komunitas yang digagasnya itu mendapat sambutan luar biasa.
Hanya dalam waktu empat bulan sejak diproklamasikan 25 Mei 2014, ibu-ibu yang bergabung sudah mencapai 2.700 lebih.
“Awalnya cuma enam teman yang sering diskusi ringan,” ungkapnya.
Mulanya, diskusi berlangsung santai, tak ada tema khusus. Materi bahasan mengalir begitu saja.
“Meski begitu, setiap ketemu, selalu saja ada cerita baru tentang masalah-masalah rumah tangga. Dari sinilah kemudian kami terpikir untuk bikin komunitas,” ujar Euis, Rabu (1/10/2014).
Kini setelah komunitas berdiri, menurut Euis, anggota berusaha memaksimalkannya sebagai ajang sharing masalah keluarga.
Termasuk cara mengelola konflik dan mengantisipasi sejak dini agar tak terjadi perceraian.
Warga Keputih ini menuturkan, potensi konflik dan perceraian sebenarnya perlu dikelola sejak pernikahan akan dilangsungkan. Misalnya soal harapan-harapan yang mereka bayangkan dari pernikahan.
“Sejak harapan dicanangkan, mereka berdua harus menyiapkan mental untuk menghadapi realitas yang sesungguhnya,” katanya.
Kini, setelah anggota komunitas membeludak, Euis pun mengubah pertemuan dengan model yang lebih serius.
Pertemuan dan diskusi mulai diarahkan pada tema-tema yang spesifik.
”Maka dari itu, ketika kopdar (kopi darat atau pertemuan), kami biasanya membahas tema tertentu dengan mengundang pembicara-pembicara yang kompeten,” lanjut ibu dua putri ini.
Sejauh ini, 2bWOW baru sembilan kali menggelar pertemuan rutin dua mingguan.
Pertemuan ini diadakan Minggu pagi di Kebun Bibit, Surabaya, yakni pukul 08.00 WIB hingga 11.00 WIB.
Topik-topik yang yang pernah didiskusikan, antara lain membangun visi misi pernikahan, identifikasi ujian-ujian pada setiap periode pernikahan, manajemen konflik, mengenal pola komunikasi pria atau suami, menjadi menantu idaman, parenting, asah skill, dan sejenisnya.
Dengan kurikulum itu, Euis berharap anggota komunitas semakin andal mengelola rumah tangga sehingga konflik dapat dikelola secara baik dan perceraian dapat dihindari.
Dalam sekali kopdar, jumlah anggota yang hadir rata-rata 30 orang. Namun, pernah juga sekali kopdar dihadiri 90 peserta.
Sebagian besar mereka adalah perempuan yang berancang-ancang menikah, usia 18 hingga 25 tahun.
”Tetapi kalau topik yang diangkat bagus, ada juga ibu-ibu yang anaknya sudah dewasa, ikut datang. Mereka tahu agenda dan tema kopdar dari broadcast message yang kami sebar lewat WhatsApp,” sebut Euis.
Apabila dalam setiap pertemuan jumlah peserta yang hadir tak lebih dari 100 orang, lalu di mana member lainnya yang berjumlah ribuan?
Disebutkan Euis, member yang berjumlah ribuan itu adalah mereka yang berasal dari luar kota yang tergabung dalam grup WhatsApp.
Selain WhatsApp, komunitas 2bWOW juga memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan Twitter untuk menyebarkan agenda kegiatan.
Resume-resume hasil pertemuan rutin, mereka sebar melalui blog tobewow.wordpress.com.
Dengan demikian, semua anggota komunitas yang tak dapat ikut serta dalam kopdar, tetap bisa mendapatkan ilmu dan informasi penting yang sama.
”Selain member yang ada di Surabaya, di fanpage media sosial kami ada ribuan member lain dari luar kota hingga luar negeri. Ada yang dari Hongkong, Sydney, Qatar, dan Sudan. Mereka semua adalah orang Indonesia yang merantau dan bekerja di sana,” pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.