Kuncinya, Komunikasi Antara Suami dan Istri
“Keberanian perempuan menggugat cerai sebenarnya hanya sikap yang diambil perempuan. Bahwa mereka bukan lagi hanya ada untuk urusan “belakang” seperti
TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Perempuan yang mandiri menjadi salah satu pemicu maraknya gugatan cerai.
Hal itu diakui Presidium Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) untuk Perempuan Pekerja Informal, Choirul Mahpuduah.
“Keberanian perempuan menggugat cerai sebenarnya hanya sikap yang diambil perempuan. Bahwa mereka bukan lagi hanya ada untuk urusan “belakang” seperti dulu,” ujar Irul, panggilan akrabnya.
Namun, sekarang perempuan sudah bebas mengekspresikan diri. Mereka banyak bekerja di segala bidang, dan mandiri secara ekonomi.
Kondisi itu membuat perempuan tidak mau sepenuhnya tunduk kepada suami.
“Sebenarnya bukan kurang ajar, atau memberontak. Perempuan lebih ingin didengar, bahwa mereka juga punya hak. Mereka bukan lagi di bawah laki-laki, seperti tradisi selama ini,” ungkap Irul.
Di lain sisi, perkembangan teknologi informasi turut menumbuhkan kesadaran kaum perempuan.
Dengan mudah perempuan mengetahui hak-haknya lewat internet maupun media sosial lainnya. Selain itu, kelompok-kelompok diskusi perempuan juga semakin banyak.
Kaum perempuan lebih ingin menyuarakan bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan adalah sejajar.
Perempuan bukan lagi di bawah laki-laki, dan laki-laki tidak bisa mengeksploitasi perempuan.
“Perempuan bukan lagi nomor dua setelah laki-laki. Maka laki-laki harus mulai sadar, bahwa istrinya juga mempunyai kedudukan yang sama,” ucapnya.
Masih menurut Irul, kesadaran kaum perempuan ini tidak bisa dihindari.
Karena itu, kaum laki-laki dituntut agar lebih menghargai perempuan. Sebab pada dasarnya, perempuan tidak berlaku egois.
Perempuan akan menimbang banyak hal sebelum mengambil keputusan.
Jika perempuan sampai menggugat cerai, maka dia sudah tidak kuat menyimpan beban hidupnya.
Namun, kondisi itu bukan berarti perempuan mandiri harus ditakuti. Bagi Irul, kuncinya komunikasi antara suami dan istri. Dalam proses komunikasi, suami harus menempatkan istri sejajar dengannya.
“Kuncinya tetap komunikasi. Tetapi komunikasi yang sejajar, tidak lagi menempatkan istri sebagai sosok yang lemah dan harus menuruti kemauannya,” katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.