Lingkungan Jadi Kunci Penyembuhan Pasca Kebakaran
Kehilangan harta benda dan nyawa orang terkasih, jelas memiliki kadar yang berbeda.
Namun, kita tetap harus memahami kondisi korban. Jangan sampai, kita terlalu mengumbar kata 'sabar', 'diiklaskan saja' sampai tenang di hari-hari pertama pasca bencana.
Kata-kata itu memang menunjukkan simpati. Namun menurut saya belum saatnya kita mengucapkan itu.
Alangkah baiknya kalau kita lebih memilih pendekatan dengan ikut merasakan kesedihan korban.
Misalkan dengan mengucapkan kalimat ”Kalau saya mengalami apa yang kami alami, saya juga sedih”.
Kalimat itu menurut saya jauh lebih menenangkan sehingga korban bisa merasakan bahwa dia tidak sendiri.
Dia akan merasakan kalau kesedihan yang dia alami itu sangat manusiawi dan setiap orang pasti akan merasakan apa yang dia rasakan. Itu jauh lebih menangkan.
Terkadang, korban ingin memiliki waktu sendiri. Jadi tolong hormati. Perlahan, kita isi kesendirian itu dengan obrolan yang menenangkan.
Setelah beberapa hari, kita bisa mengganti tema obrolan. Ajak korban membicarakan hal-hal yang menyenangkan seperti hobi atau travelling.
Membuat dia tersenyum simpul saja itu sudah usaha yang bagus. Berarti, ada kemajuan dalam kondisi emosi korban.
Setelah dengan kata-kata, ajak korban beraktivitas. Tentu aktivitas itu harus yang menyenangkan. Tidak berlu hura-hura. Yang penting, aktivitas itu bisa mengalihkan pikiran korban.
Perlu diingat, kita tidak bisa menghapus memori korban, terutama dia yang kehilangan orang terkasihnya. Tujuan kita bukan membuat dia melupakan kematian orang tersayang.
Jauh lebih baik kalau kita berhasil membuatnya berdamai dan menerima keadaan. Tetapi jangan terlalu memaksa korban untuk cepat mengalihkan pikirannya.
Semua ada tahapannya. Setiap tahapan disesuaikan dengan kepribadian. Jangan sampai kehadiran kita malah membuat dia tertekan.
Kalau sampai trauma ini memunculkan dampak klinis, maka kita perlu bantuan psikiater.
Psikiater ini akan membantu menstimulasi potensi dalam diri korban untuk merecovery diri secara natural.
Proses pemulihan dari lingkungan dan kepribadian korban memiliki prosentase 90 persen.
Nah 10 persennya inilah yang dimanfaatkan psikiater untuk menstimulasi 90 persen tadi agar korban bisa menjadi lebih terbuka.
Terakhir, kita memang harus melibatkan Iman kita yaitu Tuhan.