Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Harga Cengkeh Kini Turun

kalau sekarang sudah jauh beda. Harga cengkih turun jauh. Rp 130-an ribu jaman sekarang yang serba mahal, itu sangat murah bagi kami," keluhnya.

Editor: Budi Prasetyo
zoom-in Harga  Cengkeh  Kini   Turun
IST
Panen Cengkeh 

TRIBUNNEWS.COM.TONDANO - Masih teringat jelas bagi Rainold Loing, warga Desa Kombi Kecamatan Kombi, bagaimana ketika cengkih berada pada masa kejayaannya. Tahun 2001 silam, Rainold langsung membeli mobil dan sepeda motor seusai menjual 'emas coklat' hasil perkebunannya. 

 "Tahun 2001, saat jaman Presiden Gus Dur, itu adalah tahun dimana cengkih berada pada harga paling mahal. Cengkih kering per kilogram bernominal Rp 80 ribu. Di masa itu, Rp 80 ribu itu banyak," ujarnya Sabtu (11/10/2014).

 Tahun itu pula, kenangnya, bertepatan dengan panen raya cengkih. Sekitar tiga ton cengkih kering yang dihasilkan Rainold dan keluarga. Hasil itu tak sedikit. Atas hasil perkebunan tersebut, Rainold mengaku langsung beli mobil dan motor.

 "Saat itu mobil dan motor masih jarang. Namun kami warga kawasan Tondano pantai sudah punya itu. Pokoknya hampir semua petani cengkih langsung kaya saat itu. Semua rata-rata langsung beli barang-barang mahal," kenang Rainold.

 Saat ini, kawasan Tondano pantai Minahasa terkenal dengan daerah penghasil pembalap motor cross. Hal itu ternyata tak lepas dari hasil perkebunan para petani cengkih.

"Di sini banyak pembalap karena cengkih. Untuk beli motor balap tak murah. Namun karena ada cengkih, dijual, kendaraan langsung di cash," ujarnya yang juga seorang pembalap motor cross ini.

 Selain itu, saat perayaan pengucapan syukur, kawasan Tondano Pantai merupakan kawasan dengan perayaan paling meriah. Makanan dan minuman melimpah. Bahkan dari informasi yang didapat dari berbagai sumber, minuman-minuman yang disiapkan bahkan terbuang-buang.

Berita Rekomendasi

 "Yah memang seperti itu. Karena cengkih banyak, harganya pun tinggi. Sehingga kami warga Tondano pantai merayakan pengucapan syukur besar-besaran. Karena terlewat mewah, sehingga banyak makanan dan minuman yang terbuang," urainya.

 Sayangnya, hal itu tak lagi bisa dirasakan para petani cengkih. Bukan tak lagi, hanya kadar pengeluaran uang yang dilakukan warga, jauh lebih diminimaliser. Itu karena harga cengkih yang jatuh.

 "Yah kalau sekarang sudah jauh beda. Harga cengkih turun jauh. Rp 130-an ribu jaman sekarang yang serba mahal, itu sangat murah bagi kami," keluhnya.

 Rainold berharap agar harga cengkih akan kembali berjaya. Pemerintah agar membantu para petani cengkih untuk menjayakan lagi emas coklat tersebut seperti sebelumnya.

"Kami berharap yah pemerintah bisa membantu mengamankan harga cengkih. Kembalikan masa jayanya, jangan sampai terus jatuh," harap Rainold. 

 Hal senada diutarakan Eddy Bolung, Petani Cengkih asal Pakuure, Minahasa Selatan. Dia pun berharap agar harga cengkih bisa naik hingga Rp 200 ribu, sehingga bisa menutupi biaya pemeliharaan dan proses pemetikan hingga menjemur cengkih.

 '' Agar menghasilkan buah yang banyak cengkih harus dirawat. Di bawah pohon cengkih harus selalu dibersihkan. Belum lagi saat pohon cengkih masih kecil, ketika musim panas harus telaten disiram. Hal ini membutuhkan biaya tak sedikit, ''kata Eddy menegaskan.

 Saat panen raya kata Eddy, petani harus mengeluarkan biaya pemetikan cengkih hingga menjemur cengkih.''Ini semua membutuhkan orang kerja yang harus digaji. Jadi memang harga wajar saat ini Rp 175 hingga Rp 200 ribu per kilogram, '' ujarnya.

 Ibu Olga, petani asal Desa Tenga, Minsel mengatakan, panen cengkih kali ini meski tidak besar (bukan panen raya), namun sangat membantu membiayai anaknya yang sedang kuliah di Manado.(fin)

Sumber: Tribun Manado
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas