Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

"Kalau Semua Takut Dicela, Siapa Yang Nyopir"

“Ada trauma. Saya juga ikut merasakan bagaimana perasaan teman saya yang kecelakaan itu.

zoom-in
surya/eben haezer
Salah satu sopir bis di Terminal Arjosari sedang diperiksa tekanan darahnya oleh anggota Dokpol Polresta Malang 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Karyanto mengakui, ada beberapa sopir yang kurang berhati-hati.

Namun, dia meyakini tidak ada satu orang sopir pun yang memiliki niat mencelakai penumpang atau pengguna jalan lain.

Dia dan ribuan sopir yang sehari-hari berjibaku di terminal, juga selalu berdoa bisa pulang dalam kondisi sehat.

Karyanto selalu merenung begitu mendengar kolega kecelakaan. Dia semakin sedih kalau insiden itu sampai menghilangkan nyawa.

Karyanto kadang merasakan trauma. Pasalnya, sehari-hari dia juga harus melintasi jalan membawa penumpang yang berharap selamat sampai tujuan.

“Ada trauma. Saya juga ikut merasakan bagaimana perasaan teman saya yang kecelakaan itu. Bagaimana keluarganya. Kasihan. Tetapi kami juga harus bekerja. Semuanya ingin baik-baik saja. Kadang kita sudah hati-hati, tetapi yang lain tidak hati-hati. Kalau kami yang dipersalahkan, ya kami terima,” katanya sembari mengelus dada.

Dia merasa, saat ini sopir bus menjadi bulan-bulanan. Karyanto prihatin karena  para sopir bus selalu saja dicap negatif.

BERITA TERKAIT

Setiap kali insiden kecelakaan, sopirlah yang pertama kali menjadi tertuduh atau dikambinghitamkan. Padahal, menurutnya, tidak sedikit pula kecelakaan yang bukan disebabkan sopir.   

“Kita terima saja. Tetapi kalau tidak ada (yang mau jadi) sopir lagi, siapa yang nyopiri nanti?” imbuhnya.

Selama 14 tahun "mengaspal" bersama bus, Karyanto mengaku baru sekali mendapatkan komplain dari penumpangnya.

Komplain itu dikirim penumpang ke nomor telepon pengaduan yang dipasang manajemen di dashboard bagian atas.

Dia ingat, dia mendapatkan teguran dari kantor karena mengerem mendadak. Akibat ngerem dadakan itu, banyak penumpang yang terpental ke depan.

Karyanto berdalih, dia terpaksa mengerem lantaran menghindari kecelakaan yang ada di depannya.

”Kalau terlambat mengerem, bisa fatal akibatnya. Kan penumpang ada yang tidak tahu kondisi di depan bagaimana. Tetapi tidak apalah. Namanya juga komplain. Kan bisa kita jadikan pelajaran. Saya kerja tidak sendiri kok. Kernet dan kondektur selalu membantu saya mewaspadai kondisi jalan,” katanya. (idl)

Tags:
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas